"Tercatat curah hujan dua hari berturut-turut mencapai sekitar 300 mm, umumnya curah hujan satu bulan di Kalsel 330 mm, artinya curah hujan yang biasa untuk satu bulan turun dalam waktu dua hari ditambah daya dukung lingkungan yang tidak bisa merespon hujan ekstrem sehingga banjir," katanya dalam konferensi daring yang dipantau di Jakarta, Sabtu.
Baca juga: Polri: Bareskrim cek penyebab banjir di Kalsel
Dia mengatakan banjir yang terjadi memang dipengaruhi hujan yang ekstrem juga ada pengaruh lahan yang rusak.
"Jadi memang ada pengaruh lahan, meski cuaca juga berpengaruh, menurut kami dua-duanya itu berperan. Kalau lingkungan mendukung tentu dampaknya tidak akan terlalu besar juga sebaliknya kalau hujannya tidak terlalu ekstrem mungkin juga tidak terjadi banjir besar," tambah dia.
Baca juga: Curah hujan tinggi jadi penyebab banjir Kalsel
Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Fachri Radjab menjelaskan, ketika terjadi banjir di wilayah Kalsel tercatat hujan ekstrem terjadi mulai 10 hingga 16 Januari.
"Curah hujan tertinggi pada 13-14 Januari, dalam 24 jam tercatat curah hujan 225 mm di Banjarbaru dan 249 mm di Stasiun Meteorologi Syamsuddin Noor," kata Fachri.
Baca juga: Izin pakai kawasan hutan di Kalsel mencakup area seluas 56.243 hektare
Namun menurut dia hujan bukan satu-satunya faktor penyebab banjir di daerah tersebut.
Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memperlihatkan bahwa proporsi luas areal berhutan di kawasan daerah aliran sungai (DAS) Barito di Kalimantan Selatan, yang tengah terdampak banjir, hanya 18,2 persen.
Proporsi luas areal tidak berhutan adalah 81,8 persen yang didominasi oleh pertanian lahan kering campur semak sebesar 21,4 persen, sawah 17,8 persen dan perkebunan sebesar 13 persen, menurut data per 2019.
Baca juga: Kawasan Sungai Gampa di Banjarmasin masih terisolasi akibat banjir
DAS Barito sendiri melewati beberapa provinsi di Kalimantan dengan total luas sekitar 6,2 juta hektare (ha) dengan 1,8 juta ha atau 29 persen berada di area Kalimantan Selatan.
Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLHK Karliansyah mengatakan lokasi banjir yang berada di sepanjang alur DAS Barito di mana kondisi infrastruktur ekologis atau jasa lingkungan pengatur air sudah tidak memadai sehingga tidak mampu menampung air yang masuk.
Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2021