Pengujian, yang disebut PRINCIPLE dan didukung oleh pemerintah Inggris, tidak menemukan adanya efek khasiat pada pasien di atas usia 50 tahun, yang diobati dengan kedua antibiotik di rumah, menurut Universitas Oxford, Senin.
Hasil itu merupakan kemunduran sebab antibiotik, yang biasanya digunakan untuk mengobati infeksi pernapasan, tersedia dengan harga yang terjangkau. Pada Desember, pengujian azithromycin pada pasien COVID-19 parah tidak memberikan khasiat.
"Temuan kami menunjukkan bahwa pengobatan dengan azithromycin selama tiga hari atau pengobatan dengan doxycycline selama tujuh hari tidak memiliki manfaat klinis yang penting terkait waktu pemulihan," kata Chris Butler, yang juga memimpin riset tersebut.
Pengujian PRINCIPLE sedang mengevaluasi berbagai pengobatan COVID-19 potensial yang mungkin sesuai dilakukan di rumah selama 14 hari pertama untuk membantu pasien sembuh lebih cepat dan mencegah tingginya pasien rawat inap.
"Meski mengecewakan ... ini menjadi temuan penting yang akan mengurangi penggunaan antibiotik yang tak efektif untuk penyakit ini," kata Richard Hobbs, yang juga mengetuai PRINCIPLE.
Pada kelompok pengujian azithromycin, sebanyak 526 orang diberikan obat tersebut dan dibandingkan dengan 862 relawan yang diberikan pengobatan biasa. Sementara, di kelompok lain, 798 relawan diberikan doxycyclin dan dibandingkan dengan 994 pasien lainnya yang menerima perawatan standar, menurut Oxford.
Pihak Oxford menambahkan bahwa analisis dan rincian lebih lanjut dari pengujian tersebut akan segera diterbitkan dalam jurnal yang ditinjau rekan sejawat.
Sumber: Reuters
Baca juga: Riset Inggris temukan bukti penurunan antibodi terhadap COVID
Baca juga: Riset: Mayoritas pasien corona miliki antibodi tapi belum pasti kebal
Baca juga: Menristek Inggris harap kerja sama Iptek hasilkan lebih banyak riset
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021