Bagi yang pernah mendengar atau bahkan mengkonsumsi minuman yang sedang hits di kalangan milenial di seluruh dunia, tentu akan langsung paham dengan minuman yang bernama boba drink.
Boba drink ini adalah nama beken dari bubble tea, yaitu minuman teh yang dipadukan dengan berbagai macam bahan lainnya seperti susu, gula serta bola-bola tapioka dengan topping tambahannya.
Lalu apakah yang disebut Boba Factor? Jika Anda pernah mengalami peristiwa transaksi keuangan yang pada awalnya merasa sangat optimis alias pede namun kemudian seiring perjalanan waktu alih-alih sesuai harapan, keuangan Anda justru menjadi bermasalah dan semakin tak terkendali, pernah?
Sesuai gambaran peristiwa tersebut, maka saat seseorang melakukan pembelanjaan pada suatu hal yang diduga akan memberi manfaat yang besar, mudah dan cepat, sehingga keinginan akan semakin dekat terealisasi.
Namun, karena tak hati-hati dan tanpa perhitungan yang matang sebelumnya, sehingga saat menyadarinya justru telah terjebak pada situasi yang semakin sulit, hingga akhirnya berpotensi serius terperangkap pada permasalahan yang tak berujung. Inilah yang disebut dengan istilah Boba Factor.
Latar belakang munculnya definisi ini sebenarnya karena merujuk kepada permasalahan-permasalahan serius pada kesehatan seseorang yang timbul akibat tak hati-hati dalam mengkonsumsi minuman bubble tea.
Bahaya yang ditimbulkan akibat tidak hati-hati dalam mengkonsumsi minuman ini antara lain adalah terjadinya sembelit, naiknya kolesterol jahat, menurunnya daya ingat, kadar gula dan kalori yang tinggi hingga potensi tersedak oleh butiran tapioka dan akhirnya menyebabkan tak bisa bernafas.
Baca juga: Waspada, jangan tergiur "pompom" saham ala influencer
Begitu pula dengan "Boba Factor" yang bernama "Pompom saham", sejumlah perencana keuangan yang berkecimpung di dunia keuangan lebih dari 25 tahun seakan sepakat bahwa pompom adalah cheerleaders dari saham-saham gorengan yang diatur oleh bandar.
Pompom adalah oknum yang tidak mengajak orang tetapi mereka membentuk opini publik yang secara tidak langsung bisa tergoda membeli saham tertentu. Pompom itu sebenarnya adalah cheerleader-nya, mereka tidak mengajak untuk membeli saham tertentu tapi tujuan mereka sebenarnya untuk membentuk opini.
Asal kata dari pompom saham ini adalah 'pump' atau memompa, yakni suatu benda yang jika dipompa tentu akan semakin besar dalam waktu cepat. Pompom saham ini biasanya erat berkaitan dengan saham gorengan, karena itulah Pompom saham dipompa agar harga semakin tinggi dalam waktu singkat oleh bandar saham.
Pompom saham maupun saham gorengan ini muncul karena pasar modal di Indonesia saat ini belum efisien. Satu contohnya adalah masih ada emiten dengan jumlah kepemilikan saham publik sekitar dua puluh persen. Sehingga perusahaan tersebut sebenarnya belum bisa disebut perusahaan publik jika jumlah saham publiknya masih sedikit, sementara dominan sisanya masih dimiliki pemilik lama.
Kepemilikan perusahaan oleh sebagian kecil kelompok atau orang ini membuat harga saham perusahaan bisa mudah diatur oleh mereka sendiri, sehingga akan memunculkan praktik saham gorengan. Saham gorengan maupun pompom saham sebenarnya adalah sesuatu yang ilegal. Praktik ini termasuk tindak pidana sebagaimana diatur Undang-Undang Pasar Modal.
Baca juga: Jaga pasar dari aksi "goreng" saham
Baru-baru ini beberapa influencer kondang menjadi sorotan netizen. Para pesohor ini disorot karena dianggap telah mempromosikan saham dari salah satu perusahaan yang tercatat (emiten) di Bursa Efek Indonesia (BEI) tanpa menyertakan analisis kinerjanya.
Padahal ketika seseorang influencer beropini atas performa suatu emiten saham tanpa menyertakan analisis kinerjanya, sebenarnya ia justru berpotensi menjerumuskan para investor khususnya kepada investor saham tingkat pemula.
Karena itulah para investor saham tingkat pemula harus memahami Pompom saham, yakni sebagai berikut:
- Bila terlalu sering dibahas tentang kinerja positif saham tertentu selama beberapa waktu, ada kemungkinan saham tersebut sedang dipompom. Informasi saham positif yang berkelanjutan ini juga terkadang dilakukan sebelum bursa perdagangan saham dibuka. Tujuannya adalah mempengaruhi psikologis investor.
- Dalam sebuah komunitas saham online, boleh jadi ada orang sekuritas yang bergabung. Adanya analisis “semu” ini akan semakin memperkuat atau membantu para bandar saham dalam tugasnya. Sehingga, pemain saham akan semakin tertarik untuk membeli atau menjualnya.
Para investor saham sebaiknya sudah menganalisis saham secara independen. Jangan mudah terpengaruh dengan ajakan yang belum jelas. Pastikan fundamental perusahaan tersebut secara obyektif, jangan hanya karena ikut-ikutan.
Anda tentu tak ingin mengalami kondisi keuangan yang buruk bukan? Karena itu, perlakukan uang Anda dengan baik. Pilihlah investasi di bisnis yang benar-benar dikuasai. Jika memutuskan untuk berinvestasi di bidang lain seperti saham, maka investasikan dulu waktu untuk mempelajarinya dengan seksama.
Aturlah mental diri dengan baik, jangan membeli saham tanpa analisis yang benar. Jadikanlah Anda sebagai investor bermental kaya, yakni melakukan investasi dengan pengetahuan dan naluri orang kaya, yaitu orang yang menghargai uangnya melalui investasi di bidang yang dikuasainya serta pandai mengatur kemana seharusnya uang besar digunakan atau kapan waktu yang tepat untuk lebih memilih uang kecil dipakai dalam keputusannya berinvestasi.
Seseorang yang mulai terpengaruh Boba Factor, pada awalnya sering tak menyadari berapa besar resiko yang akan dihadapi setelah transaksi terjadi. Padahal jika kita memikirkannya lebih dalam dan mengubah kebiasaan agar tidak lagi ceroboh serta asal-asalan saat memutuskan membeli sesuatu hal, insya Allah kita akan dapat mengubah masa depan kita.
*) Baratadewa Sakti P adalah Praktisi Keuangan Keluarga & Pendamping Bisnis UMKM
Pewarta: Baratadewa Sakti P *)
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021