Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengatakan 20 ribu mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi diterjunkan ke berbagai tempat untuk membantu memajukan pendidikan di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).Kedatangan mahasiswa ini sangat dibutuhkan dalam melakukan sentuhan kepada anak termasuk berkolaborasi dengan guru
"Kemarin itu masih perintis, baru sekitar 2.300 mahasiswa yang turut membantu di daerah 3T," kata Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kemendikbud Prof Aris Junaidi saat diskusi virtual yang dipantau di Jakarta, Kamis.
Nantinya, para mahasiswa yang tergabung dalam program Kampus Mengajar Perintis tersebut membantu sekolah, kepala sekolah, dan guru-guru di satuan pendidikan yang masih terakreditasi C.
Para mahasiswa itu diharapkan dapat membantu peningkatan dan mendorong pendidikan, terutama pendidik yang masih lemah dalam hal penguasaan teknologi informasi.
"Mahasiswa betul-betul hadir selama satu semester untuk membantu proses belajar mengajar di sekolah yang membutuhkan," kata Prof Aris.
Baca juga: Kemendikbud: Pendidikan daerah 3T tanggung jawab pemerintah pusat
Ia mengatakan diterjunkannya 2.300 mahasiswa tersebut tidak terlepas dari respons positif pada tahap awal program itu dilakukan.
"Kedatangan mahasiswa ini sangat dibutuhkan dalam melakukan sentuhan kepada anak termasuk berkolaborasi dengan guru," ujar dia.
Pelaksanaan program Kampus Mengajar akan dilakukan secara tatap muka.
Meskipun masih dalam suasana pandemi COVID-19, ia mengatakan kebijakan itu akan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Langkah tersebut salah satu solusi yang diambil Kemendikbud, terutama bagi anak-anak yang tidak mendapatkan materi pelajaran secara optimal selama pandemi.
Keterbatasan tersebut bisa saja dikarenakan akses internet, kualitas pendidik yang belum maksimal, dan faktor-faktor penghambat lainnya.
Baca juga: Kemendikbud : kesadaran pendidikan di daerah 3T masih rendah
Baca juga: Mendikbud : Sekolah satu atap solusi pendidikan di daerah 3T
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021