Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) meyakini bahwa program budidaya ikan sistem bioflok yang telah disebarluaskan dalam bentuk paket bantuan ke berbagai daerah mampu memperkuat ketahanan pangan nasional, menggerakkan perekonomian dan produktivitas masyarakat.Dengan kelebihan seperti efisiensi pemanfaatan lahan serta limbah yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik sehingga dapat diintegrasikan dengan tanaman seperti sayur dan buah
"Tercatat sepanjang tahun 2020, melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP telah menyalurkan 421 paket bantuan budidaya ikan sistem bioflok kepada 379 pokdakan di 32 Provinsi, 190 Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia," kata Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto dalam siaran pers di Jakarta, Selasa.
Sedangkan untuk tahun 2021, lanjut Slamet Soebjakto, KKP menargetkan untuk kembali menyalurkan 304 paket bantuan budidaya ikan sistem bioflok dengan komoditas ikan lele atau nila.
Ia berpendapat bahwa bantuan budidaya ikan sistem bioflok dapat menjadi solusi pemenuhan pangan masyarakat Indonesia yang terus mengalami peningkatan hingga mencapai 271 juta jiwa penduduk menurut data sensus terakhir.
"Dengan kelebihan seperti efisiensi pemanfaatan lahan serta limbah yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik sehingga dapat diintegrasikan dengan tanaman seperti sayur dan buah, inovasi ini dapat menjamin ketersediaan sumber pangan bagi masyarakat," papar Slamet.
Selain itu, Slamet juga melanjutkan keunggulan lain yang didapatkan dari budidaya ikan sistem bioflok seperti padat tebar yang lebih tinggi, masa pemeliharaan lebih singkat serta efisien dalam penggunaan air dan pemberian pakan.
Berbagai kelebihan bioflok itu, ujar dia, memberikan keuntungan yang lebih besar kepada masyarakat sekaligus menjamin keberlanjutan usaha perikanan budidaya yang ramah lingkungan.
Hal tersebut, lanjutnya, juga sejalan dengan arahan dari Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono yang mencanangkan untuk fokus pada perikanan budidaya berkelanjutan.
"Menjadi arahan dari Bapak Menteri agar KKP dapat bersinergi dengan akademisi, pemerintah daerah, kementerian/lembaga lain hingga berbagai elemen masyarakat untuk dapat membangun lokasi budidaya yang berteknologi tinggi namun ramah lingkungan, seperti membangun kampung – kampung budidaya perikanan," jelas Slamet.
Slamet melanjutkan bahwa budidaya ikan sistem bioflok memiliki potensi untuk dapat meningkatkan keterampilan masyarakat dalam menerapkan teknologi budidaya, sehingga dapat menjadi bekal ilmu dalam melakukan usaha budidaya ke depan.
Ia juga menekankan pentingnya pelaku usaha untuk memiliki manajemen serta jejaring yang kuat antar sesama pembudidaya sebagai sarana pertukaran informasi maupun dengan dinas atau penyuluh perikanan setempat untuk mendapatkan transfer teknologi yang tepat.
"Dengan sistem manajemen yang baik dan jejaring yang kuat, budidaya ikan sistem bioflok ini dapat menjanjikan keuntungan yang besar bagi pembudidaya dan berkelanjutan dari sisi usaha maupun lingkungan," ucap Slamet.
Menurut data KKP, produksi ikan lele dan nila sebagai komoditas yang dibudidayakan pada sistem bioflok terus mengalami peningkatan sejak tahun 2015-2019. Data sementara mencatat produksi ikan lele mengalami kenaikan sebesar 9,23 persen per tahun, sedangkan produksi ikan nila naik rata-rata sebesar 5,59 persen per tahun.
Baca juga: KKP ungkap keunggulan sistem bioflok dalam budi daya perikanan
Baca juga: KKP sebut sistem bioflok picu produktivitas sektor perikanan nasional
Baca juga: Anggota DPR sebut sistem bioflok bantu ekonomi sektor perikanan
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021