Badan Reintegrasi Aceh (BRA) mencatat ribuan anak korban konflik Aceh membutuhkan beasiswa pemerintah untuk melanjutkan pendidikan mereka, baik yang sedang menimba ilmu agama di pesantren maupun perguruan tinggi.anak korban konflik yang dimaksud itu adalah anak mantan kombatan GAM, tahanan politik dan narapidana politik, serta warga sipil yang juga menjadi korban saat konflik Aceh silam.
"Sudah kita input sekitar empat ribu anak korban konflik yang belajar di pesantren, dan yang menjalani pendidikan S1 dan S2 itu ada sekitar 2.500 orang," kata Kepala BRA Fakhrurrazi Yusuf, di Banda Aceh, Selasa.
Fakhrurrazi mengatakan, anak korban konflik yang dimaksud itu adalah anak mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), tahanan politik dan narapidana politik (Tapol/Napol), serta warga sipil yang juga menjadi korban saat konflik Aceh silam.
Kata Fakhrurrazi, pihaknya sebagai lembaga penguatan perdamaian Aceh tidak memiliki anggaran untuk memberikan beasiswa kepada anak korban konflik tersebut.
Karena itu, pihaknya merencanakan kerjasama atau membuat MoU (nota kesepahaman) dengan instansi yang memiliki mata anggaran bantuan pendidikan dalam hal ini Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPDSM) Aceh.
Dalam kerjasama itu nantinya, kata Fakhrurrazi, BRA hanya memberikan rekomendasi nama-nama anak korban konflik Aceh yang dinilai memenuhi syarat menerima beasiswa.
Baca juga: Menteri : Hak perempuan dan anak dalam konflik sosial harus terpenuhi
Baca juga: Bantuan ekonomi dibutuhkan korban konflik Aceh, sebut KKR
"Kerjasama ini kami memberikan data kepada BPSDM, dan nanti kita akan buat MoU sehingga realisasinya tepat sasaran," ujarnya.
Tak hanya untuk pemerintah provinsi, kata Fakhrurrazi, pihaknya juga memberikan rekomendasi penerima beasiswa tersebut kepada pemerintah di 23 kabupaten/kota se Aceh.
"Kondisi pendidikan anak korban konflik secara umum masih membutuhkan perhatian dan uluran tangan pemerintah Aceh, dan kabupaten/kota. Kita berharap bantuan itu dapat diberikan," kata Fakhrurrazi.
Sementara itu, Kepala BPSDM Aceh Syaridin menyatakan bahwa pihaknya segera membuat MoU dengan BRA dalam rangka merealisasikan program beasiswa anak korban konflik pada tahun anggaran 2021 secara tepat sasaran.
"Dalam MoU itu nantinya salah satu yang kita tuangkan yaitu kita ikut sertakan pihak BRA untuk verifikasi lapangan agar beasiswa itu tepat sasaran," kata Syaridin.
Syaridin menuturkan, beasiswa yang akan diperuntukan bagi anak-anak korban konflik itu nantinya terbagi dua jenis, pertama untuk diploma bekerjasama dengan Politeknik Aceh, dan program sarjana.
"Kalau kita dapatkan ada anak korban konflik dengan kriteria yang memenuhi, maka dia sudah memenuhi persyaratan sebagai penerima beasiswa," demikian Syaridin.
Baca juga: Kepada KKR, puluhan keluarga korban konflik Aceh sampaikan kesaksian
Baca juga: KKR Aceh rekomendasikan pemulihan 77 korban konflik
Pewarta: Rahmat Fajri
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2021