• Beranda
  • Berita
  • Menyiasati agar gawai dimanfaatkan untuk baca buku digital

Menyiasati agar gawai dimanfaatkan untuk baca buku digital

4 Februari 2021 17:23 WIB
Menyiasati agar gawai dimanfaatkan untuk baca buku digital
Ilustrasi - Membaca buku melalui gawai (pixabay)
Gawai bukan cuma bisa jadi sumber hiburan, tetapi sumber ilmu pengetahuan bila dimanfaatkan untuk membuka mengakses buku-buku digital yang bermanfaat. Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, Perpustakaan Nasional, Deni Kurniadi mengatakan, kebiasaan ini bisa ditanamkan kepada anak-anak melalui anggota keluarga di sekitar, termasuk orang tua.

"Berikan contoh membaca sejak anak masih kecil, ketika mereka ada di masa melihat (meniru) lingkungan," kata Deni dalam webinar "Penguatan Budaya Literasi Melalui Inovasi Layanan Perpustakaan Berbasis Digital untuk Mewujudkan SDM Unggul", Kamis.

Saat ini masyarakat belum bisa leluasa untuk mengunjungi perpustakaan, tapi sudah ada banyak artikel dan buku digital yang bisa diakses melalui iPusnas. Penyediaan e-resources di Perpustakaan Nasional mencakup tidak kurang dari 2,3 miliar artikel, 106.473 judul jurnal daring dan sekitar 283.946 judul buku digital.
 
Baca juga: Layanan "patuh" Perpustakaan Temanggung antisipasi COVID-19

Baca juga: Kolaborasi kunci pustakawan berdayakan masyarakat marjinal


Dalam kesempatan yang sama, Guru Besar Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK) Adrianus Eliasta Meliala mengungkapkan pendapatnya mengenai cara meningkatkan minat mengakses perpustakaan digital untuk mahasiswa di perguruan tinggi.

"Literasi ini dapat dibangun ketika mahasiswa diminta untuk rajin mencari data," kata dia.

Mahasiswa yang hendak membuat penelitian dengan topik tertentu akan mencari bahan-bahan penelitian dalam berbagai jurnal yang dalam prosesnya bisa menumbuhkan rasa ketertarikan membaca dan mencari data.

"Diharapkan ketika berlangsung terus menerus, dia menjadi literated dari segi digital," katanya, mendorong pengajar untuk mewajibkan mahasiswa selalu mencari data agar tercipta budaya membaca.

Berdasarkan data Online Computer Library Center, Lembaga jejaring Perpustakaan yang berbasis di Amerika Serikat, Indonesia berada pada peringkat kedua dunia dalam hal jumlah perpustakaan, di belakang India, pada 2018.

Ada 164.610 perpustakaan yang ada di Indonesia, meski belum semuanya sesuai standar, kata Deni. Sebanyak 69 persen adalah perpustakaan di sekolah atau madrasah, 25,8 persen perpustakaan umum, 14 persen perpustakaan khusus dan 41 persen perpustakaan perguruan tinggi.

Hampir setengahnya ada di pulau Jawa, yakni 47,89 persen. Sebaran perpustakaan di Sumatera mencapai 23,55 persen, di Sulawesi 11,62 persen, di Kalimantan 6,77 persen, di Kepulauan Nusa Tenggara 8,57 persen, di Maluku 1,77 persen dan 0,42 persen di Papua.

Deni menambahkan, pada kenyataannya minat baca masyarakat sebetulnya tinggi bila dilihat dari sambutan terhadap perpustakaan keliling. Kendala yang dihadapi adalah akses yang belum merata karena sebagian besar perpustakaan berada di perkotaan.

Baca juga: Manfaat perpustakaan digital untuk dunia akademik

Baca juga: Legislator minta Perpusnas susun peta jalan pengembangan perpustakaan

Baca juga: Tepis kilah buku sulit diakses lewat perpustakaan digital

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021