• Beranda
  • Berita
  • Satgas COVID-19 sampaikan evaluasi PPKM di DKI Jakarta dan Jabar

Satgas COVID-19 sampaikan evaluasi PPKM di DKI Jakarta dan Jabar

4 Februari 2021 21:04 WIB
Satgas COVID-19 sampaikan evaluasi PPKM di DKI Jakarta dan Jabar
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito jalani vaksinasi kedua di lingkungan istana kepresidenan pada Rabu (27/1/2021). ANTARA/HO-Biro Pers Setpres/Muchlis Jr/am.

Ke depan, saya ingin ajak pemda untuk tingkatkan koordinasi vertikal dan horizontal untuk tingkatkan kualitas penanganan COVID-19.

Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 memaparkan hasil evaluasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di dua provinsi yaitu DKI Jakarta dan Jawa Barat pada periode 11 Januari - 1 Februari 2021.

"Pertama di DKI Jakarta, tren kasus aktif memperlihatkan penurunan di mana 2 pekan sebelumnya terjadi kenaikan. Di pekan terakhir pengamatan, yaitu 31 Januari angka kasus aktif mencapai 8,78 persen dari 9,85 persen," kata Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito dalam konferensi pers virtual di Kantor Presiden Jakarta, Kamis.

Namun, tren kesembuhan yang menunjukkan sebaliknya yaitu naik dari penurunan pada pekan-pekan sebelumnya sampai pekan terakhir angkanya telah naik jadi 89,46 persen.

PPKM diberlakukan berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No 01 tahun 2021 terhadap 8 provinsi di pulau Jawa dan Bali. Ada 4 parameter yang dihitung dalam pelaksanaan PPKM yaitu kasus aktif di atas 15,8 persen, persentase kematian di atas 2,87 persen, persentase kesembuhan di bawah 81,35 persen dan persentase keterisian ranjang rumah sakit (Bed Occupancy Rate, BOR) di atas 70 persen.

Baca juga: Kemenkeu sisir anggaran untuk Posko Tangguh COVID-19 di desa-kecamatan

Baca juga: Satgas: Vaksinasi publik gunakan sistem satu data


"Upaya testing DKI Jakarta yang mencapai 12 kali minimal standar WHO dalam sepekan dan 87 persen ditujukan ke kasus suspek, probable dan kontak erat memberi dampak positif terhadap dampak pencegahan penularan," ungkap Wiku.

Namun, DKI Jakarta masih perlu upaya lebih meningkatkan kualitas pelayanan untuk menekan angka BOR di bawah standar yaitu 70 persen.

Selanjutnya kondisi Jawa Barat menunjukkan kasus aktif di provinsi tersebut nampak fluktuatif di mana pada pekan terakhir Januari 2021 menunjukkan peningkatan menjadi 20,74 persen, sedangkan tren kesembuhan bahkan menurun dari 81,61 persen menjadi 77,98 persen.

"Selanjutnya angka kematian terlihat tren konsisten penurunan selama 3 pekan hingga mencapai 1,6 persen. Walau angka kesembuhan naik dan angka kematian menurun, namun nyatanya angka kasus aktif jauh lebih besar sehingga belum mampu mengendalikan BOR ICU maupun isolasi secara signifikan karena penurunan hanya terjadi pada BOR ICU di pekan terakhir pengamatan yaitu dari 84,5 persen jadi 84,01 persen," ujar Wiku.

Setelah berkoordinasi dengan pemprov DKI Jakarta dan dinas Kesehatan DKI Jakarta, maka jumlah tempat tidur isolasi dan ICU di Jawa Barat per harinya tergolong fluktuatif tergantung kondisi dan data pelaporan dari data RS.

Dengan BOR di kisaran 75-80 persen. Upaya Pemprov DKI untuk menekan angka kasus aktif adalah dengan peningkatan testing dan tracing.

Per 31 Januari, angka kematian mencapai 1,29 persen dan kondisi ini menggambarkan perkembangan angka kasus di Jawa Barat sedang berada pada perkembangan kurang baik, begitu juga BOR ICU yang konsisten meningkat.

"Namun, pada keterisian tempat tidur, sebaliknya, BOR isolasi dapat ditekan secara konsisten sampai menyentuh angka 69,52. Hal ini mengindikasikan permintaan pelayanan kesehatan di Jabar didominasi perawatan intensif yang diperuntukkan pasien terduga yang bergejala sedang dan berat," ungkap Wiku.

Dalam koordinasi dengan Pemprov Jabar, dinkes memaparkan data bahwa selama 2 pekan terakhir kasus COVID-19 mengalami lonjakan tertinggi pada 30 Januari 2021, dengan penambahan 4.601 kasus positif yang terdiri dari 2.859 kasus baru dan 1.742 kasus lama.

"Dari analasis data ini, pembatasan kegiatan di kedua provinsi sudah menunjukkan hasil pada beberapa indikator, namun belum bisa dikatakan berhasil karena ukuran keberhasilan pembatasan kegiatan adalah jika suatu provinsi dapat keluar dari keempat indikator yang ditetapkan 4 pekan berurutan," kata Wiku.

Data itu juga memberikan cerminan pentingnya komunikasi yang terjalin antara komponen pemerintah baik pusat daerah atau antardaerah.

"Prinsipnya kita bisa cari jalan keluar bersama-sama. Ke depan, saya ingin ajak pemda untuk tingkatkan koordinasi vertikal dan horizontal untuk tingkatkan kualitas penanganan COVID-19," ucap Wiku.

Per 4 Februari 2021, kasus COVID-19 di Indonesia bertambah 11.434 orang sehingga total kasus mencapai 1.123.105 orang. Pasien yang dinyatakan sembuh bertambah 11.641 orang menjadi 917.306 orang dan pasien meninggal dunia bertambah 231 orang sehingga totalnya 31.001 orang telah meninggal.*

Baca juga: Pemerintah bentuk Posko Tangguh COVID-19 hingga RT/RW

Baca juga: Satgas COVID-19 sebut prinsip PPKM sama dengan PSBB

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021