"Kita gunakan batang pohon besar yang terdampar untuk memperbaiki tulangnya, dan untuk lantai jembatan kami memakai kayu meranti kuning," kata Alfi dari komunitas pendaki Gerombolan Hijau, Kamis.
Iya, kekuatannya untuk sementara saja, harus ada perbaikan yang memadai untuk keselamatan pengguna nantinya,"
Sampai saat ini, mereka masih gotong royong memperbaiki jembatan itu dengan modal mesin pemotong, paku dan tukul.
Baca juga: Akibat banjir, sejumlah saluran drainase di Barabai tersumbat
Baca juga: TNI bantu penyembuhan trauma pada anak di lokasi banjir Kalsel
Niatnya, untuk mobilitas jalan dan orang masyarakat yang masih terisolir di Dusun Bayawana dan Pantai Uang.
"Selain jembatan, ada sekitar 15 titik longsor yang sampai saat ini belum selesai dibersihkan warga. Mereka masih terisolir dan butuh bantuan. Kasihan," ujar pendaki lain Syahrani.
Hingga sekarang para pendaki muda silih berganti datang ke dusun itu, selain mengantar logistik mereka juga membuka kelas untuk anak anak di sana sekaligus trauma healing pasca banjir.
"Selain kita memberikan pendampingan kepada masyarakat, kami juga membuka kelas untuk anak anak, kami bawakan buku dan alat tulis ke sana," ujar Evha selaku koordinator.
Tadi malam, eskavator sudah bisa menembus dan membuka jalan sampai ke Dusun Rantau, Perupuk Desa Datar Ajab. Terlihat, masih belum bisa dilalui dengan nyaman oleh mobil roda 4 karena masih terdapat lumpur.*
Baca juga: Bupati Barito Utara serahkan bantuan korban banjir HST Kalsel
Baca juga: TNI-Polri di HST distribusikan seribu paket bantuan Presiden
Pewarta: Imam Hanafi/muhammad fauzi fadilah
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021