Semburan gas bumi selama dua hari terakhir belum juga berhenti bahkan tampak makin parah dan merusak fasilitas Pondok Pesantren Al-Ihsan di Kecamatan Tenayan Raya, Kota Pekanbaru, Riau, Jumat."Gas tersebut berpotensi terbakar jika terpicu dan juga beracun," kata Zulfan.
Jurnalis ANTARA menyaksikan areal kompleks Pondok Pesantren Al-Ihsan kini diselimuti lumpur, pasir dan abu berwarna kelabu. Bangunan utama seperti asrama santri, ruang guru, kantin, ruang kelas, dan aula rusak berat karena gumpalan lumpur yang mengeras terlontar dari sumur menghujam atap hingga berlubang. Tanah di sekitarnya juga penuh dengan lumpur yang lengket.
"Kira-kira setelah shalat Isya pada Kamis malam, semburan semakin parah berupa gumpalan tanah besar-besar, seperti terjadi hujan batu suaranya sangat ribut. Karenanya gedung-gedung sampai rusak seperti ini," kata seorang guru Ponpes Al-Ihsan Khairudin Damanik kepada ANTARA di loaksi kejadian.
Baca juga: Semburan gas di Ponpes Al-Ihsan beracun dan berpotensi terbakar
Insiden semburan gas berawal ketika pengelola Ponpes Al-Ihsan mempekerjakan penggali sumur untuk mencari sumber air di kompleks tersebut. Kecamatan Tenayan Raya merupakan daerah yang sulit mendapatkan sumber air dari sumur artesis, sehingga masyarakat di sana harus mengebor tanah hingga puluhan bahkan lebih dari 100 meter. Saat proses penggalian mencapai sekitar 119 meter pada Kamis (4/2) sekitar pukul 14.00 WIB, tiba-tiba dari lubang sumur menyembur keluar gas hingga ketinggian 15 meter.
Puluhan santri Pondok Pesantren Al-Ihsan Kecamatan Tenayan Raya, Kota Pekanbaru, telah diungsikan akibat semburan gas bumi tersebut.
Khairudin mengatakan awalnya semburan hanya berupa gas dan abu, namun pada malam hari juga terlontar berupa material keras yang menghancurkan bangunan Ponpes.
"Semburan itu berlangsung sampai hampir tengah malam. Setelah itu mereda, dan pada Jumat subuh keluar pasir hitam dan paginya semburan gas telah bercampur lumpur," katanya.
Baca juga: Santri diungsikan akibat semburan gas di Ponpes Al-Ihsan Pekanbaru
Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Riau Indra Agus Lukman mengatakan pihaknya masih memantau kondisi karena tidak bisa begitu saja langsung menutup semburan gas yang masih cukup kuat.
"Yang kita lakukan saat ini adalah mitigasi, yakni santri dan masyarakat di sekitar sini dipindahkan dan melarang warga lainnya untuk mendekat," katanya.
Ia mengatakan untuk upaya penanggulangan insiden semburan gas akan dilakukan oleh tim terpadu yang terdiri dari pemerintah daerah, SKK Migas Sumbagut, dan perusahaan gas EMP Bentul Ltd.
Sementara itu, Act Area Manager EMP Bentu Ltd. Zulfan mengatakan semburan gas itu tidak ada hubungannya dengan fasilitas dan sumur Gas EMP Bentu. Titik semburan gas berjarak 180 meter dari pipa gas EMP Bentu, dan berjarak satu kilometer dari sumur gas EMP Bentu. Pengeboran terakhir pada tahun 2004, dan produksinya berakhir pada 2013.
Baca juga: Aceh Barat surati Pemprov Aceh segera selidiki semburan gas liar
"Berhubung lokasi tersebut tidak jauh dari EMP Bentu, maka pihak EMP Bentu sudah berkoordinasi dengan ESDM Provinsi Riau untuk membantu dengan melakukan tindakan," katanya.
Petugas EMP Bentu di lokasi tersebut, lanjutnya, membantu mengukur konsentrasi Lower Explosive Limit (LEL) dan H2S di lokasi semburan.
"Gas tersebut berpotensi terbakar jika terpicu dan juga beracun," katanya.
Pihaknya telah menginstruksikan kepada pengelola Pondok Pesantren Al-Ihsan agar mengisolasi area semburan dan melarang siapapun mendekat, dan pihak EMP Bentu telah memasang barikade dan memonitor LEL dan H2S secara periodik per enam jam.
Baca juga: Semburan gas liar muncul di pedalaman Aceh Barat
Pewarta: FB Anggoro
Editor: Rolex Malaha
Copyright © ANTARA 2021