• Beranda
  • Berita
  • Ratusan orang dikhawatirkan tewas akibat semburan gletser di India

Ratusan orang dikhawatirkan tewas akibat semburan gletser di India

7 Februari 2021 17:11 WIB
Ratusan orang dikhawatirkan tewas akibat semburan gletser di India
Pemandangan bendungan yang rusak setelah gletser Himalaya pecah dan menabrak bendungan di desa Raini Chak Lata di distrik Chamoli di negara bagian utara Uttarakhand, India (7/2/2021). ANTARA/REUTERS/Stringer/aa.

Kami tidak tahu berapa banyak orang yang hilang

Sedikitnya 150 orang dikhawatirkan tewas di India utara setelah gletser Himalaya pecah dan menabrak bendungan pada Minggu pagi, hingga menyebabkan banjir yang mengharuskan warga di desa-desa sekitarnya untuk dievakuasi.

"Jumlah sebenarnya belum dikonfirmasi, tetapi 100 hingga 150 orang dikhawatirkan tewas," kata Om Prakash, sekretaris kepala Negara Bagian Uttarakhand tempat insiden itu terjadi, kepada Reuters.

Seorang saksi melaporkan dinding debu, batu, dan air saat salju longsor menderu di lembah sungai.

"Bencana itu datang sangat cepat, tidak ada waktu untuk memperingatkan siapa pun. Aku merasa bahkan kita akan tersapu," ujar Sanjay Singh Rana, yang tinggal di hulu desa Raini, kepada Reuters.

Penduduk setempat khawatir bahwa orang-orang yang bekerja di proyek pembangkit listrik tenaga air di dekat pegunungan Himalaya tersapu, begitu pula penduduk desa yang sedang berada di dekat sungai untuk mencari kayu bakar atau menggembalakan ternak mereka.

"Kami tidak tahu berapa banyak orang yang hilang," ujar Rana.

Baca juga: Rotasi Bumi melambat gara-gara es mencair
Baca juga: Laporan: gletser di Kanada Barat mencair dengan cepat


Perdana Menteri India Narendra Modi mengatakan dia sedang memantau situasi dengan cermat.

"India mendukung Uttarakhand dan seluruh bangsa berdoa untuk keselamatan semua orang di sana," kata Modi di Twitter, setelah berbicara dengan menteri utama negara bagian itu.

Angkatan udara India sedang dipersiapkan untuk membantu operasi penyelamatan, kata pemerintah federal, sementara Menteri Dalam Negeri Amit Shah mengatakan tim tanggap bencana sedang diterbangkan untuk menjalankan bantuan dan penyelamatan.

"Semua perwira yang bersangkutan bekerja seperti saat menghadapi perang," kata Shah di Twitter, mengacu pada Uttarakhand dengan nama panggilannya, istilah Hindi untuk "tanah para dewa", karena banyaknya kuil Hindu dan pusat ziarah yang terletak di seluruh negara bagian.

Negara bagian tetangga Uttar Pradesh, negara bagian terpadat di India, juga memberlakukan keadaan siaga tinggi di daerah tepi sungai.

Rekaman yang dibagikan oleh penduduk setempat menunjukkan air menyapu bagian-bagian bendungan serta apa pun yang menghalangi alirannya.

Video di media sosial, yang tidak dapat segera diverifikasi oleh Reuters, menunjukkan air mengalir melalui lokasi bendungan kecil dan menyapu peralatan konstruksi.

"Aliran Sungai Alaknanda di luar Nandprayag (bentangan) telah menjadi normal," kata Kepala Menteri Uttarakhand Trivendra Singh Rawat di Twitter.

"Ketinggian air sungai sekarang 1 meter di atas normal tetapi alirannya menurun," ujar Singh Rawat, menambahkan.

Uttarakhand di Himalaya adalah daerah yang rawan banjir bandang dan tanah longsor. Pada Juni 2013, rekor curah hujan menyebabkan banjir dahsyat yang merenggut hampir 6.000 jiwa.

Bencana itu dijuluki sebagai "tsunami Himalaya" oleh media karena aliran air yang mengalir di daerah pegunungan, yang menyebabkan lumpur dan bebatuan runtuh, mengubur rumah, menyapu bangunan, jalan, dan jembatan.

Mantan menteri sumber daya air India sekaligus pemimpin senior partai Modi, Uma Bharti, mengkritik pembangunan proyek pembangkit listrik di daerah tersebut.

"Ketika saya menjadi menteri, saya meminta agar Himalaya menjadi tempat yang sangat sensitif, jadi proyek pembangkit listrik tidak boleh dibangun di Gangga dan anak sungai utamanya," tutur dia di Twitter, mengacu pada sungai utama yang mengalir dari gunung.

Sumber: Reuters

Baca juga: Sepertiga gletser di Himalaya terancam cair karena perubahan iklim
Baca juga: Gletser utama di China meleleh akibat perubahan iklim

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021