Jakarta (ANTARA News) - Studi komprehensif di wilayah Hindu Kush Himalaya (HKH), Nepal, menemukan, meskipun Kesepakatan Paris berhasil menetapkan target ambisius menekan temperatur Bumi di angka 1,5 derajat Celsius namun tetap akan melelehkan sepertiga gletser di sana.
Kepala Ilmuwan Manajemen Sumber Daya Air dari the International Centre for Integrated Mountain Development (ICIMOD), Philippus Wester, berdasarkan keterangan tertulis yang diterima, di Jakarta, Senin, menyebutkan, akan terjadi lonjakan temperatur sebesar 2,1 derajat Celsius pada akhir abad ini di HKHl, yang dikenal sebagai kutub ketiga dunia karena memiliki daerah es yang luas dan menjadi rumah dari Gunung Everest, puncak K2, dan puncak-puncak tertinggi dunia.
Peningkatan temperatur Bumi itu berdasarkan hasil penelitian akan mencairkan sepertiga gletser di sana yang merupakan cadangan air saat kritis bagi 250 juta penduduk di pegunungan itu dan 1,65 miliar penduduk yang hidup di lembah sungai pegunungan Nepal.
Sedangkan jika ternyata upaya menekan suhu global tersebut gagal, berdasarkan studi yang dilakukan, emisi saat ini akan membawa pada peningkatan temperatur Bumi lima derajat Celsius, serta hilangnya dua per tiga wilayah gletser pada 2100.
“Ini krisis perubahan iklim yang belum pernah kamu dengar sebelumnya,” kata Philippus.
Dampak bagi mereka yang berada di wilayah tersebut, lanjutnya, berkisar dari memburuknya polusi udara hingga peningkatan peristiwa cuaca ekstrem.
Namun dampak yang lebih kuat dari itu semua yakni, membuat sistem air perkotaan dan produksi pangan dan energi terputus. Namun proyeksi lain yang akan berdampak lebih kuat yakni pengaruh pada sistem air, pangan dan keteraturan produksi energi untuk masyarakat urban.
Wilayah HKH meliputi luasan 3.500 kilometer persegi, membentang dari Afganistan, Bangladesh, Bhutan, China, India, Myanmar, Nepal dan Pakistan.
Gletser-gletser di sana memberi pasokan makan bagi 10 daerah aliran sungai paling penting di dunia, termasuk Gangga, Indus, Kuning, Mekhong dan Irrawaddi, serta secara langsung atau tidak langsung memasok miliaran orang pangan, energi, udara bersih dan pendapatan.
Selain itu, wilayah ini memiliki empat hotspots keanekaragaman hayati dunia.
Sementara itu, Direktur Jenderal ICIMOD, David Molden, mengatakan, besarnya wilayah dan pentingnya keberadaan HKH secara global tidak dapat dipungkiri. Terlepas dari itu, ini merupakan laporan pertama yang merinci penting dan rentannya wilayah pegunungan ini untuk kesejahteraan miliaran orang, terutama dalam menghadapi perubahan iklim.
Baca juga: Rotasi Bumi melambat gara-gara es mencair
Baca juga: Laporan: gletser di Kanada Barat mencair dengan cepat
Baca juga: Perubahan iklim dan bom ancaman terbesar karang
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2019