Afrika Selatan akan meluncurkan vaksin virus corona AstraZeneca ke publik dalam upaya menilai kemanjurannya mencegah kondisi parah penyakit COVID-19.Kami tidak ingin memvaksin orang dengan produk yang tidak dapat mencegah (timbulnya pasien) rawat inap atau mengurangi penyakit ini,
Hal itu disampaikan oleh ketua bersama Komite Penasihat Kementerian Afrika Selatan untuk COVID-19, Profesor Salim Abdool Karim, pada Senin.
Afrika Selatan pada Minggu (7/2) mengatakan akan menahan penggunaan vaksin COVID AstraZeneca setelah penelitian menunjukkan vaksin itu hanya efektif secara minimal dalam mencegah penyakit ringan hingga sedang untuk varian baru virus corona yang sekarang dominan di negara itu.
Berbicara dalam pengarahan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Abdool Karim mengatakan masih terlalu dini untuk mengatakan apakah vaksin AstraZeneca masih akan efektif dalam mencegah penyakit serius, karena belum ada cukup data tentang keefektifannya pada orang lanjut usia dalam melawan virus corona varian baru.
Baca juga: Australia tenangkan warga usai AstraZeneca ditangguhkan di Afsel
Baca juga: Gelombang pertama vaksin COVID tiba di Afrika Selatan
Afrika Selatan akan menghentikan sementara peluncuran vaksin AstraZeneca untuk saat ini sambil menentukan langkah selanjutnya, dan dapat menyuntik 100.000 orang dengan vaksin itu untuk melihat seberapa manjur vaksin bekerja dalam mencegah kondisi parah COVID-19 dan kematian.
"Kami tidak ingin memvaksin orang dengan produk yang tidak dapat mencegah (timbulnya pasien) rawat inap atau mengurangi penyakit ini," kata Abdool Karim.
Karim mengatakan Afrika Selatan pada awalnya akan meluncurkan vaksin Johnson & Johnson sebagai gantinya, sehingga perubahan dalam rencana tidak akan berdampak besar pada kecepatan program vaksinasi Afrika Selatan.
Hampir semua jumlah dosis vaksin, yakni lebih dari 330 juta, yang akan didistribusikan oleh program skema vaksin global -- COVAX WHO -- ke negara-negara miskin adalah vaksin AstraZeneca, dan penyaluran fase pertamanya dimulai segera bulan (Februari) ini.
Seth Berkeley, kepala eksekutif aliansi GAVI yang ikut memimpin program COVAX, mengatakan masalah efektivitas vaksin AstraZeneca itu masih dipelajari, tetapi menyebutkan bahwa tidak ada rencana untuk menolak vaksin itu untuk saat ini.
Dia mencatat bahwa penelitian di Afrika Selatan menggunakan jadwal pemberian dosis empat minggu antara dosis pertama dan kedua, dan sejak itu bukti menunjukkan bahwa vaksin AstraZeneca menjadi lebih efektif bila diberikan dengan jeda yang lebih lama antara dosis.
Kate O'Brien, kepala bidang imunisasi di WHO, mengatakan informasi akan terus dikumpulkan untuk menyempurnakan rencana penggunaan vaksin AstraZeneca, dan "penting untuk menjalankan suatu langkah yang stabil."
Sumber: Reuters
Baca juga: Vaksin AstraZeneca mungkin cegah sakit parah COVID varian Afrika
Baca juga: Afsel tangguhkan vaksinasi AstraZeneca karena diduga kurang efektif
Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021