Anggota DPD Made Mangku Pastika mengatakan bahwa pemasaran dan sertifikasi produk masih menjadi tantangan bagi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Pulau Dewata untuk memperluas akses pasar.Produk kita (dari Bali-red) memang luar biasa, tetapi problemnya itu sertifikasi dan pemasaran. Oleh karena itu, 'connecting people' itu penting,
"Produk kita (dari Bali-red) memang luar biasa, tetapi problemnya itu sertifikasi dan pemasaran. Oleh karena itu, 'connecting people' itu penting," kata Pastika dalam kegiatan reses secara virtual bertajuk "UMKM: Olahan Hasil Tani" di Denpasar, Selasa.
Dia mencontohkan untuk memasarkan produk pertanian organik ke luar Bali, seringkali mensyaratkan harus ada sertifikasi organik yang diperoleh dari perusahaan tertentu.
"Namun untuk memperoleh sertifikasi itu ada mafianya, sehingga ongkos yang harus dikeluarkan petani agar mengantongi sertifikat organik menjadi besar dan merugikan petani," ucap mantan Gubernur Bali dua periode itu.
Baca juga: Sekda: Gernas BBI momentum kenalkan produk asli Bali ke mancanegara
Demikian juga untuk produk kerajinan dari kayu ketika diekspor juga mengharuskan ada sertifikat bahwa kayu yang digunakan bukan hasil "illegal logging".
Padahal, selama ini seringkali perajin menggunakan akar dan kayu yang sudah tidak terpakai kemudian dengan tangan-tangan terampil diolah menjadi kerajinan yang begitu indah.
Pastika mengaku pernah meminta Kementerian terkait untuk memberikan solusi terhadap masalah ini karena aturan itu bisa saja dibuat negara lain sebagai bentuk proteksi terhadap produk kerajinan dari negara masing-masing.
"Sekarang di tengah pandemi, ketika masyarakat beralih ke produk-produk herbal dan back to nature, seharusnya produk-produk UMKM Bali bisa mudah terserap. Tetapi ini tentu harus didukung pemasaran dengan marketplace dan cara-cara yang kreatif," ujar anggota Komite 2 DPD itu.
Baca juga: Pemkot Bandung bantu pasarkan produk UMKM di apotek
Dalam kesempatan itu, Pastika mengharapkan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait seperti Disperindag dan Dinas Pertanian dapat mencari solusi terhadap persoalan dari pelaku UMKM dan mempertemukan dengan "stakeholder" terkait.
Sementara itu, Cok Istri Adnyani, produsen minuman herbal berbendera "Putri Bali" mengajak masyarakat Bali melirik potensi usaha di luar pariwisata.
"Masih ada potensi lain yang dapat membuat kita bertahan. Apalagi sekarang juga tren penggunaan produk-produk lokal, maupun yang organik," ucapnya.
Baca juga: Wamen BUMN: Kemitraan BUMN dan UMKM penting dalam pemulihan ekonomi
Seperti yang dilakoninya memproduksi produk minuman herbal dengan berbahan dasar kunyit putih, jahe merah, dan temulawak sejak 2005.
"Di tengah pandemi, permintaan justru meningkat. Dulu rata-rata kami memproduksi 4 kilogram dalam sehari, sekarang menjadi 12 kilogram. Selain memenuhi permintaan dari Bali, kami juga melayani permintaan dari Malaysia dan India, serta negara lainnya," ucapnya.
Jani Ananta, produsen minyak VCO dan olahan bunga rosella berharap pemerintah bisa memudahkan berbagai jenis perizinan untuk UMKM.
"Harapan saya untuk produk UMKM bisa dimudahkan. Jangan sampai produk-produk lokal Bali terus saja dikalahkan dengan produk dari luar karena kendala perizinan," ucap Janni yang produknya juga sudah dijual hingga ke Singapura, Jepang dan Australia," katanya.
Dalam kegiatan itu juga menghadirkan Dr IGN Rai Suta Negara yang menyampaikan materi mengenai aplikasi Pos Banjar.
Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021