Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kelas I A Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel) memvonis dua tahun enam bulan atau 2,5 tahun penjara dan denda Rp100 juta atas seorang wanita penjual empat ekor kucing kuwuk/kucing hutan (Prionailurus bengalensis).Terdakwa memperniagakan satwa yang dilindungi berupa empat ekor kucing kuwuk
Hakim ketua Said Husein saat membacakan vonis, di Palembang, Rabu, menyatakan terdakwa Giofani Mega Putri (23) terbukti melanggar Pasal 40 ayat (2) jo Pasal 21 ayat (2) huruf a UU Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
"Hal yang memberatkan bahwa terdakwa memperniagakan satwa yang dilindungi berupa empat ekor kucing kuwuk (hutan) dalam keadaan hidup," kata Said.
Vonis tersebut sedikit lebih rendah dari tuntutan JPU Kejari Palembang Indah Kumala Dewi yang meminta terdakwa dijatuhi hukuman tiga tahun penjara, namun terdakwa menyesali perbuatannya, sehingga menjadi poin meringankan dalam vonis.
Terdakwa Geofani didampingi penasihat hukum dari Posbankum PN Palembang menyatakan menerima atas vonis tersebut dan siap menjalani hukuman.
Sebelumnya, terdakwa ditangkap Satreskrim Polresta Palembang pada Oktober 2020 saat akan menjual empat ekor kucing kuwuk lewat facebook seharga Rp400.000 per ekornya.
Dalam persidangan terdakwa mengakui kerap memperjualbelikan berbagai satwa dilindungi menggunakan facebook sebagai wadah transaksi di sekitaran wilayah Palembang sejak 2017.
Terdakwa juga pernah menjual beberapa satwa dilindungi, seperti owa ungko (Hylobates agilis), musang binturung (Artcistic binturong), owa siamang (Symphalangus syndactylus) dan terakhir berencana menjual kucing kuwuk (Prionailurus bengalensis) sebelum akhirnya ditangkap.
Terdakwa mendapatkan satwa-satwa itu dari grup-grup facebook, lalu menjualnya kembali lewat facebook dengan selisih harga lebih dari 50 persen.
Baca juga: Terdakwa kasus jual beli satwa dilindungi akui transaksi via facebook
Baca juga: Jual kucing kuwuk, Seorang warga Palembang terancam lima tahun penjara
Pewarta: Aziz Munajar
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2021