"'Keletihan sosial' ini berbahaya karena masyarakat menjadi semakin skeptis terhadap kebijakan pemerintah, kurang responsif terhadap pesan yang disampaikan dalam kampanye publik, dan kurang peduli pada protokol kesehatan," kata Ida sebagaimana dikutip dalam siaran pers universitas, Kamis.
Dalam acara diskusi mengenai "keletihan sosial" pada masa pandemi COVID-19, ia mengatakan, setelah beberapa fase pembatasan sosial, terlihat indikasi menurunnya kepedulian masyarakat, antara lain terhadap penerapan protokol kesehatan dalam aktivitas sehari-hari.
Ida mengemukakan bahwa kerumunan di tempat hiburan, acara sosial, dan kegiatan politik merupakan penanda jelas dari kondisi "keletihan sosial".
Alih-alih semakin waspada, menurut dia, masyarakat mulai menerima hidup di tengah pandemi namun dengan perilaku yang tidak berbeda dengan sebelum pandemi.
"Kondisi ini adalah fenomena global yang terjadi di hampir semua belahan dunia. Contoh di Amerika Serikat, survei Gallup pada awal tahun 2021 menunjukkan semakin sedikit orang yang mewaspadai virus ini," kata Ida.
Ia mengatakan, pendekatan baru yang bersifat multi-disiplin diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut.
Ahli dan praktisi di bidang sosiologi, kesehatan masyarakat, komunikasi, dan pemerintahan, menurut dia, mesti dilibatkan dalam upaya menemukan solusi untuk meningkatkan efektivitas pengendalian penularan COVID-19.
Baca juga:
Sosiolog: Kontrol sosial penggunaan masker belum berjalan baik
Sosiolog: Perubahan interaksi sosial pascapandemi tak akan signifikan
Pewarta: Feru Lantara
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2021