Hal itu diungkap oleh Chief Marketing Officer Halodoc Dionisius Nathaniel saat menjelaskan tren yang terjadi selama Pandemi COVID-19 berlangsung pada 2020.
"Kalau melihat perubahan perilaku pengguna, itu puncaknya pada Mei dan Juni. Kita menambah sebanyak 200 psikolog. Ini kita melihat dari mulai yang banyak mulai menggunakan layanan konsultasi ke psikatris dan psikolog kami," ujar Dionisius dalam konferensi pers daringnya, Senin.
Baca juga: GoPay gandeng Halodoc untuk layanan kesehatan UMKM saat pandemi
Dari data yang dihimpun Halodoc secara keseluruhan ada peningkatan sebanyak 116 persen pengguna pemula yang langsung berkonsultasi dengan psikolog maupun psikiater setelah munculnya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Lebih lanjut Dion mengatakan banyak pengguna telemedisin kesehatan jiwa di masa pandemi pada 2020 lalu yang berkonsultasi terkait adaptasi dengan kenormalan baru.
Oleh karena itu, di 2021 Halodoc berkomitmen mengembangkan layanan telemedisin yang lebih baik dan mudah digunakan oleh masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan.
"Berdasarkan riset McKinsey untuk Indonesia jika dilihat memang telemedisin baik yang fisik atau pun kesehatan jiwa saat ini memang tidak banyak. Tapi yang ditekankan adalah bagian kemungkinan orang yang berlanjut mendapatkan layanan setelah mengakses layanan itu tinggi. Untuk yang telemedisin fisik itu sekitar 65 persen sedangkan untuk telemedisin mental itu 73 persen. Artinya kesempatan berkembang masih ada," ujar Dionisius.
Oleh karena itu, Dionisius mengungkapkan pada 2021 Halodoc masih tetap berkomitmen mengembangkan layanan telemedisin yang lebih mudah digunakan semua kalangan sehingga dapat memberikan kenyamanan dan keamanan lebih bagi penggunanya.
Baca juga: Promo Halodoc hingga besok, konsultasi dokter cuma Rp7.500
Baca juga: Pentingnya kesehatan holistik guna mewujudkan Indonesia Sehat
Baca juga: Halodoc hadirkan layanan tes swab antigen di Indonesia
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021