Doll sendiri adalah seseorang yang bekerja untuk membantu orang lain dengan menulis untuk mereka -- bisa berupa surat, lagu, dan karya tulis lainnya. Violet merupakan salah seorang doll yang paling disegani kala itu karena kemampuan menulisnya yang indah dan menyentuh.
Film terbaru ini berlatar beberapa tahun setelah latar waktu di serial dan film pertamanya.
Seiring berjalannya waktu, teknologi mulai hadir. Seperti dibangunnya menara radio, hingga kehadiran telepon yang semakin memudahkan komunikasi antarmanusia. Jasa dari doll pun semakin jarang dibutuhkan.
Baca juga: "Paddington 3" masuki tahap pengembangan
Baca juga: "Stand by Me Doraemon 2", petualangan Nobita menjelajahi waktu
Namun, masih ada orang-orang yang ingin menyampaikan perasaannya melalui surat. Salah satunya adalah Yurith, seorang anak yang tengah sakit keras. Ia meminta Violet untuk menuliskan perasaannya untuk orang-orang terkasih.
Dalam light novel dan serial animenya, sebelum akhirnya menjadi seorang doll, Violet merupakan mantan prajurit dalam peperangan sengit dan meninggalkan trauma serta pertanyaan bagi dirinya.
Salah satunya adalah tentang "cinta" -- perasaan yang diutarakan oleh Mayor Gilbert Bougainvillea (Daisuke Namikawa) sebelum keduanya berpisah karena peperangan hebat tersebut.
Gilbert bisa dibilang merupakan sosok yang sangat penting bagi Violet. Bukan hanya merupakan atasan yang ia hormati, Gilbert pun merupakan seseorang yang pada akhirnya memanusiakan Violet di tengah perang-perang membara itu.
Baca juga: Game "Free Fire" berkolaborasi dengan anime "Attack on Titan"
Baca juga: Kreator "Demon Slayer" sebut ingin buat komik komedi dan sci-fi
Setelah bekerja sebagai seorang doll yang sudah berkelana ke banyak tempat, menuliskan, dan menyampaikan banyak perasaan manusia, Violet akhirnya mempelajari dan mulai mengerti arti dari "cinta" -- yang sebelumnya asing bagi dirinya selama berada di medan perang.
Jiwanya yang terluka parah oleh perang, mulai sembuh. Dia terus bergerak maju dalam hidup, membantu orang lain yang membutuhkan, sambil menjaga kata-kata Gilbert -- orang pertama yang pernah mengatakan "Aku mencintaimu" di dekat hatinya.
Serial animenya sendiri berakhir dengan dia menyadari arti cinta dan kesedihan, tetapi bahkan di akhir, dia masih mempertahankan harapannya bahwa Gilbert masih hidup.
Dalam film ini, Violet digambarkan sebagai seorang doll yang semakin percaya diri dan ekspresif. Protagonis berrambut pirang itu telah benar-benar matang dan menjalani perannya sebagai doll, walaupun dia tetap merasakan kehampaan akan sosok Gilbert.
Film ini agaknya lebih berfokus pada bagaimana kelanjutan kisah cinta antara Violet dan sang mayor. Sejak keduanya dipisahkan karena perang, keduanya tak pernah bertemu. Violet diselamatkan oleh rekan dari militer, sementara Gilbert menghilang tanpa jejak.
Hingga pada suatu waktu, tiba sepucuk surat dari sebuah kota kecil yang memberikan secuil petunjuk akan Gilbert. Berbekal secarik kertas dan rasa cintanya, Violet pun memulai perjalanannya untuk mencari sosok paling berarti baginya itu.
Meskipun film ini memiliki fokus cerita cinta Violet dan Gilbert, bagi penonton yang mengikuti perjalanan Violet dari awal, film ini pada dasarnya adalah cerita tentang pertumbuhan Violet sebagai seorang individu.
Hal ini tercermin dalam struktur naratif, yang menjalin tiga cerita terpisah namun saling terkait. Yang pertama, berlatar beberapa generasi di masa depan, berkisah tentang seorang gadis yang menjelajahi warisan Violet sebagai doll.
Cerita kedua tentang seorang anak laki-laki sakit yang menugaskan Violet untuk menulis surat untuk keluarganya ketika dia meninggal, sedangkan yang ketiga adalah tentang kisah Violet dan Gilbert.
Dari tiga perspektif tersebut, terdapat benang cerita yang seakan menggambarkan masa depan, masa kini, dan masa lalu Violet.
Jika digabungkan, film ini seperti akumulasi dari semua yang perlu penonton ketahui tentang Violet Evergarden sebagai seorang individu, dan sutradara Taichi Ishidate berhasil membawakan kisahnya melalui cara tersebut.
Secara visual, film ini mempertahankan kekuatan dari serial animenya yang dibungkus dengan warna-warna yang memanjakan mata dan animasi yang mulus -- sangat khas dari animasi buatan Kyoto Animation. Didukung dengan scoring dan soundtrack, terbukti berhasil menggugah emosi penonton lebih "berantakan" lagi.
"Violet Evergarden: The Movie" sendiri baru-baru ini berhasil meraih piala untuk kategori Anime of the Year dari Tokyo Anime Award Festival 2021 (TAAF 2021) pada awal Februari lalu.
Reiko Yoshida sebagai penulis dan Mikiko Watanabe sebagai art director juga berhasil mendapatkan penghargaan di ajang yang sama.
Art director Kyoto Animation Mikiko Watanabe sebelumnya telah memenangkan penghargaan untuk tahun kedua berturut-turut secara anumerta, setelah meninggal dunia dalam serangan pembakaran di Kyoto Animation pada Juli 2019.
Film ini dan film pertamanya, "Violet Evergarden Gaiden" sebelumnya mengalami penundaan produksi dan perilisan karena serangan pembakaran studio animasi tersebut.
Studio telah memutuskan untuk melanjutkan pemutaran perdana "Violet Evergarden Gaiden" pada 3 Agustus 2019 di AnimagiC Jerman sesuai jadwal semula. Tanggal pemutaran teater Jepang diperpanjang dengan satu minggu ekstra untuk menghormati para korban.
"Violet Evergarden: The Movie" sendiri dijadwalkan tayang perdana sesuai jadwal pada 10 Januari 2020, kemudian diumumkan untuk ditunda hingga 24 April 2020. Karena pandemi COVID-19, pemutaran perdana kembali ditunda hingga 18 September 2020, sebelum nantinya didistribusikan ke bioskop secara global.
Sama seperti curahan hati dan surat-surat Violet, film yang dibuat dengan penuh perhatian dan kehati-hatian ini mampu menyampaikan keteguhan dan rasa cinta para kreator di belakangnya -- baik mereka yang masih ada maupun telah tiada.
"Violet Evergarden: The Movie" mulai tayang di jaringan bioskop XXI mulai tanggal 3 Maret 2021. Pada pemutaran perdananya akhir pekan lalu, penonton disambut dengan penampilan cosplayer Violet, dan bisa menuliskan perasaannya di secarik kertas seperti layaknya sang tokoh utama.
Baca juga: "Violet Evergarden Movie" jadi film anime terbaik TAAF 2021
Baca juga: "Asada-ke" hingga "Demon Slayer", nomine Japan Academy Film Prize 2021
Baca juga: Film animasi "Demon Slayer" mendarat di bioskop Amerika Serikat
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021