Hal ini seperti yang dialami Dana Smith (37) asal New York, Amerika Serikat yang menjalani prosedur tindik pada hidungnya sekitar akhir November 2020. Sebulan kemudian, dia mulai merasa mual, sakit perut dan kehilangan nafsu makan.
Baca juga: Tak semua penderita hepatitis harus minum obat antivirus
"Sepanjang hari itu saya tidak bisa makan apa pun. Saya hanya minum air. Pedialyte juga tidak bekerja," kata dia kepada Northwell Health.
Gejalanya berlanjut pada hari kedua, diikuti keluarnya darah. Dana mengaku tak ingin ke rumah sakit karena pandemi COVID-19. Tetapi dia akhirnya pada sampai titik tidak bisa lagi menunda ke rumah sakit.
Hasil pemeriksaan menunjukkan dia menderita gagal hati yang parah. Direktur transplantasi organ di Northwell Health New York, Lewis Teperman kepada CBS mengatakan, gagal hati fulminan terjadi ketika Anda benar-benar sehat, lalu Anda tertular virus, dan dalam dua bulan Anda jatuh koma.
Gagal hati akut ini sebenarnya jarang terjadi. Sebuah ulasan dalam New England Journal of Medicine menunjukkan, ada kurang dari 10 kasus per satu juta orang di negara maju setiap tahun.
Mayo Clinic mencatat, hilangnya fungsi hati bisa terjadi hanya dalam hitungan hari. Gagal hati fulminan dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk seperti yang dialami Dana.
Meskipun terkadang gagal hati dapat diatasi dengan pengobatan, seringkali dibutuhkan transplantasi hati seperti yang terjadi pada Dana.
Setelah mengalami koma, dia bangun dan mengetahui telah menjalani transplantasi hati. Ternyata dia menderita hepatitis B, salah satu virus yang dapat menyebabkan gagal hati fulminan.
Baca juga: Hepatitis C berujung kanker bisa terjadi akibat narkoba suntik
Awalnya dokter tidak tahu penyebab infeksinya. Sampai akhirnya, melihat tindik hidung yang telah terinfeksi hepatitis B.
Menurut Teperman, ketika Dana tiba di rumah sakit dengan gagal hati akibat hepatitis B, dia hanya memiliki beberapa hari lagi untuk bertahan hidup.
"Kemampuan bertahan hidup bagi siapa saja yang menjadi seperti ini termasuk setiap gagal hati akut sekitar 25 persen. Tapi dia (Dana) mungkin kurang dari 0,05 persen," kata dia seperti dilansir dari Health.
Hepatitis B adalah infeksi hati yang berpotensi mengancam jiwa akibat virus hepatitis B. Penelitian menunjukkan, orang yang memiliki tindik di badan memiliki risiko lebih tinggi terkena infeksi.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), cara terbaik untuk mencegah hepatitis B dengan mendapatkan vaksinasi.
Menurut Mayo Clinic, seseorang harus segera mendapatkan pertolongan medis jika kulit atau mata mereka tiba-tiba menjadi kuning, perut bagian atas mereka lunak, atau mengalami perubahan yang tidak biasa dalam keadaan mental, kepribadian, atau perilaku tanda-tanda gagal hati akut.
Dana keluar dari rumah sakit pada akhir Januari. Dia berharap pengalamannya mendorong orang lain agar tidak menunda perawatan medis, demikian Health dikutip Selasa.
Baca juga: Pakar: Jangan anggap enteng Hepatitis A yang picu kegagalan hati
Baca juga: Trio pemburu virus menangi Nobel untuk penemuan Hepatitis C
Baca juga: Di masa pandemi, upaya pencegahan dan imunisasi hepatitis menurun
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021