"Ada berita yang saya terima dari setahun refleksi ini. Kalau satu tahun lalu kita temukan pasien 01 dan 02 COVID-19, tadi malam tepat setahun ini kita menemukan mutasi B117 UK di Indonesia," katanya pada kegiatan seminar yang dilakukan secara daring, Selasa.
Informasi itu disampaikan Dante dalam sambutannya di acara Peringatan Setahun Pandemi COVID-19 bertajuk 'Inovasi Indonesia Untuk Indonesia Pulih', Auditorium Gedung BJ Habibie, Jakarta.
Dante mengemukakan mutasi virus baru itu dialami oleh dua pasien di Indonesia.
Baca juga: LIPI: Belum terbukti ilmiah varian baru virus COVID-19 lebih mematikan
Baca juga: Menparekraf: Pelarangan WNA masuk Indonesia demi keselamatan negeri
Situasi ini akan menjadi tantangan bagi para pelaku riset untuk mengembangkan studi epidemiologis secara analitis.
Kehadiran virus baru tersebut perlu disikapi secara cepat mengingat Indonesia hingga kini belum berhasil keluar dari pandemi COVID-19.
"Artinya kita akan hadapi pandemi ini dengan tingkat kesulitan yang semakin berat," katanya.
Dante menambahkan temuan virus baru B117-UK merupakan hasil pengecekan pihaknya terhadap 462 kasus COVID-19 di Nusantara dalam beberapa bulan terakhir.
"Ini kita baru temukan dua kasus semalam," katanya.
Sebelumnya di Inggris telah lebih dulu mengumumkan penemuan strain baru SARS-CoV-2 yang bermutasi dengan nama B117 pada akhir tahun 2020.
Ahli epidemiologi dan ahli virologi menyebut bahwa virus B117 lebih mudah menular jika dibandingkan dengan jenis lainnya.
Baca juga: Menparekraf perbarui protokol CHSE antisipasi varian baru COVID-19
Baca juga: Satgas: Efek keparahan strain baru COVID-19 belum dapat disimpulkan
Dapat dideteksi
Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia Zubairi Djoerban, dalam unggahan di akun twitter resminya pada 25 Desember, menyatakan tes PCR bisa mendeteksi varian baru virus corona.
"Ada yang bilang varian baru (virus) ini tidak bisa terdeteksi tes PCR. Itu tidak benar. Tidak usah khawatir. Tes PCR ini bisa mendeteksi tiga spike (seperti paku-paku menancap pada permukaan virus korona) yang berbeda," katanya.
Sementara, Ketua Kelompok Kerja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada, Gunadi, seperti dilaporkan media portal mengatakan tes PCR untuk mendeteksi varian baru virus corona dari Inggris itu tidak menggunakan gen S.
"Karena varian baru tersebut terdiri dari multipel mutasi pada protein S, maka diagnosis COVID-19 sebaiknya tidak menggunakan gen S, karena bisa memberikan hasil negatif palsu," demikian kata Gunadi.*
Baca juga: Argentina, Chile tunda penerbangan dari Inggris terkait COVID-19
Baca juga: Eijkman: Ada strain virus penyebab COVID-19 lebih menular di Indonesia
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021