• Beranda
  • Berita
  • Cegah stunting sejak masa kehamilan dengan USG rutin

Cegah stunting sejak masa kehamilan dengan USG rutin

2 Maret 2021 14:32 WIB
Cegah stunting sejak masa kehamilan dengan USG rutin
Ilustrasi ibu hamil mendapatkan pemeriksaan USG (Pixabay)
Stunting atau kondisi kurang gizi kronis yang ditandai tinggi badan tidak normal pada anak bisa dicegah sejak masa kehamilan dengan melakukan deteksi stunting melalui pemeriksaan USG secara rutin.

Dokter spesialis gizi klinik lulusan Universitas Indonesia yang kini berpraktik di RSIA Bina Medika Bintaro, Amalia Primahastuti dalam siaran persnya, Selasa mengatakan pemeriksaan rutin bisa membantu mengetahui apakah pertumbuhan janin sudah sesuai dengan usia.

Kemudian, demi menghindari terjadinya pertumbuhan janin yang terhambat maka ibu hamil tidak boleh berada dalam kondisi kekurangan gizi dan terhindar dari infeksi selama hamil agar tidak terjadi kelahiran prematur.

Baca juga: Upaya mempercepat penurunan angka "stunting" terhambat semasa pandemi

Amalia menuturkan, agar ibu hamil tidak kekurangan gizi, mereka perlu mengonsumsi makanan bergizi seimbang yakni makro seperti karbohidrat, protein, dan lemak dan mikro yakni vitamin dan mineral, serta suplemen yang dibutuhkan selama hamil untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan janin.

Setelah bayi lahir, deteksi dini dapat dilakukan dengan secara rutin mengukur berat dan panjang atau tinggi badan setiap bulannya pada usia 0 – 12 bulan dan setiap 3 bulan pada usia 1 – 3 tahun.

Untuk nutrisi anak, dia menyarankan bayi di bawah usia 6 bulan mendapatkan ASI eksklusif karena ada banyak manfaat ASI eksklusif yang bisa didapatkan sebagai asupan nutrisi pada bayi dilanjutkan dengan pemberian MPASI saat anak berusia 6 bulan.

Dia juga menekankan imunisasi sesuai jadwal, stimulasi, dan menjaga kebersihan mencakup menggunakan air bersih saat MCK, saat makan dan minum serta mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, sebagai cara lainnya untuk mencegah anak stunting.

"Kebersihan sangat penting bagi ibu hamil dan menyusui, terlebih saat pandemi karena berisiko terkena penyakit infeksi termasuk virus COVID-19. Pada masa pandemi juga kemungkinan semakin banyak anak yang berisiko mengalami stunting karena terbatasnya akses makanan dan layanan kesehatan," kata Amalia.

Kemudian, apabila anak terlanjur stunting, dia menyarankan orang tua membawa anak ke rumah sakit untuk mendapatkan terapi. Pada stunting fase awal, terapi dikatakan mampu membuat tinggi anak ke arah normal.

Lebih lanjut, secara umum terapi pada anak stunting mencakup pemberian makanan bergizi seimbang dengan kalori yang adekuat dan suplementasi gizi mikro.

Pemerintah Indonesia sebenarnya sudah menjalankan berbagai program untuk meningkatkan asupan makan melalui Program Makanan Tambahan (PMT) dan suplementasi seperti kapsul vitamin A, multivitamin), dan zinc (zat besi).


Baca juga: Menghitung porsi nutrisi balita demi cegah stunting

Baca juga: UI: Rokok berdampak pada kemiskinan hingga kekerdilan

Baca juga: Presiden tunjuk BKKBN pelaksana percepatan penurunan stunting

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021