• Beranda
  • Berita
  • Menghitung porsi nutrisi balita demi cegah stunting

Menghitung porsi nutrisi balita demi cegah stunting

16 Februari 2021 11:05 WIB
Menghitung porsi nutrisi balita demi cegah stunting
Tim Dokter memasangkan Pita Lingkar Lengan Atas (LILA), alat deteksi cepat pengukuran gizi pada anak balita di pengungsian korban banjir Gedung Sekolah Dasar Garot,Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Minggu (11/5/2020). (ANTARA FOTO/AMPELSA)
Usia lima tahun pertama pada anak-anak dianggap sebagai masa-masa penting pertumbuhan.

Kekurangan atau kelebihan nutrisi di masa-masa itu berisiko kepada tidak tercapainya potensi pertumbuhan optimal, selain membawa efek jangka panjang pada kesehatan, performa di sekolah, dan di dunia kerjadi masa depan.

Salah satu risiko yang mungkin terjadi adalah anak mengalami stunting.

Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan kurangnya asupan gizi yang berlangsung dalam waktu lama. Hal tersebut terjadi karena asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun.

Baca juga: Sumber gizi penting agar anak bisa fokus sekolah dari rumah

Baca juga: 4.461 anak Sabang terima dana pemenuhan kecukupan gizi


Porsi makan anak

Pakar gizi anak Leona Victoria Bsc, MND mengatakan sebaiknya anak-anak dalam usia satu hingga lima tahun makan dengan porsi yang tepat.

"Untuk anak-anak saya rekomendasikan porsi Isi Piringku dibagi tiga sama rata antara protein, karbohidrat, dan sumber serat," kata Leona kepada ANTARA pada Selasa.

Sementara untuk buah, sebaiknya diberikan sebagai kudapan anak. "Sehingga anak punya pilihan snack yang sehat juga."

Kebutuhan kalori karbohidrat dan protein untuk anak-anak berbeda-beda sesuai usia, jenis kelamin serta tingkat aktivitas anak. Semakin aktif kegiatan seorang anak maka semakin tinggi asupan kalori yang dibutuhkan.

"Tapi pada dasarnya panduan kebutuhan kalori anak usia satu hingga lima tahun adalah 1200-1700 kalori untuk anak laki-laki, dan 1150-1600 kalori untuk anak perempuan," kata Leona.

Baca juga: Kegiatan "Ikan untuk Anak" aksi 1000 Bunda untuk Indonesia

Baca juga: Pentingnya variasi menu pada makanan anak


Karbohidrat adalah sumber utama energi bagi manusia. Dalam hal ini, anak-anak yang memiliki aktivitas berlebih maka membutuhkan asupan karbohidrat yang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan energi mereka.

Sumber karbohidrat tidak selalu nasi. "Bisa juga jagung umbi-umbian, gandum atau oat, sorgum buckwheat, pasta, mi, bihun."

Porsi karbohidrat untuk anak adalah satu cangkir bervolume 250 mili liter, kata Leona.

Sementara untuk kebutuhan protein yang di antaranya berfungsi untuk membentuk sel baru dan jaringan otot yang penting untuk pertumbuhan anak, dihitung 1 gram per berat badan.

"Jadi tergantung berat badan anak, misal anak beratnya 10 kilo gram jadi kebutuhan protein dia 10 gram."

Panduan porsi lemak, khusus untuk anak di bawah dua tahun, Leona menjelaskan mereka masih butuh asupan lemak yang cukup.

"Jadi jangan pilih makanan yang low fat ya tapi full fat. Misalnya pilih susu full cream, daging dengan kulit. Batas minimal lemak adalah 40 gram. Namun setelah usia anak lewat dua tahun, baru dilihat lagi kebutuhannya, kalau berat badan anak bagus, langsung ganti pakai low fat atau non fat untuk menjaga berat badan, jika anak kecenderungan gizi rendah, pertumbuhannya di bawah kurva maka perlu lanjutkan full fat tapi maksimal 67 gram, sama seperti yang direkomendasikan Kementrian Kesehatan."

Untuk serat, Leona menyarankan anak-anak mengkonsumsi antara 14-25 gram per hari, di mana biasanya anak laki-laki butuh lebih banyak serat.

"Serat penting untuk mengatur BAB supaya tidak sembelit, diare. Serat juga penting mengatur kepadatan BAB, biasanya sumber serat itu gudang antioksidan dan mineral, jadi serat juga berfungsi sebagai imune booster," kata Leona.

Porsi serat, yang biasanya berupa sayur mayur atau buah potong disarankan Leona sebanyak dua porsi buah dan tiga porsi sayur. Masing-masing satu cangkir.

Selain memperhatikan asupan gizi makro dan mikro, asupan cairan juga harus diperhatikan di mana dalam sehari disarankan mengkonsumsi air putih delapan gelas.

"Kalau anak-anak, mungkin bisa pakai gelas anak yang 120 mili liter atau 130 mili liter saja," kata Leona.

Perlukah susu formula?

Biasanya, para orang tua di Indonesia memberikan susu formula kepada balita sebagai substitusi makan anak.

Leona mengatakan hal itu tidak diperlukan.

"Untuk anak di atas satu tahun sudah tidak perlu susu formula lagi, jadi kalau memang tidak mau lanjut ASI, bisa pilih sumber susu lain susu sapi yang fresh, susu UHT, soya, nabati tapi kalau mau yang plant based harus yg sudah difortifikasi dengan kalsium dan vitamin D," kata Leona.

Porsi susu pun dibatasi. Sehari maksimal 600 mili liter atau tiga kali porsi 200 mili liter.

"Supaya enggak mengganggu jadwal makan anak, karena banyak anak jadi enggak mau makan karena dikompensasi dengan susu. Biasa anak enggak doyan makan dikasih susu, nah ini salah karena susu itu sebagai pelengkap atau snack time tidak sebagai makanan utama."

Selama masa pandemi COVID-19, balita Indonesia yang mengalami perlambatan pertumbuhan bahkan gizi buruk sangat rentan terhadap virus corona.

Angka stunting kemungkinan naik pada tahun 2020 dan 2021, padahal Indonesia menargetkan mampu menekan angka stunting menjadi 19 persen di 2024. Bahkan Presiden Joko Widodo memiliki target ambisius menekan angka stunting jadi 14 persen di tahun 2024.

Ia menilai bahwa target pengurangan tingkat stunting hingga 14 persen tidak mustahil tercapai bila semua bekerja keras.

Anak stunting memiliki risiko lebih tinggi menderita penyakit kronis di masa dewasanya, bahkan stunting dan malnutrisi diperkirakan berkontribusi pada berkurangnya 2-3 persen Produk Domestik Bruto (PDB) setiap tahunnya.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan 30,8 persen atau sekitar 7 juta balita menderita stunting dibanding data pada 2013 yang menunjukkan stunting balita mencapai 37,2 persen.

Sedangkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menempatkan Indonesia sebagai negara ketiga dengan angka prevalensi stunting tertinggi di Asia pada 2017 yaitu mencapai 36,4 persen. Sedangkan menurut data Riskesdas 2018, angka stunting di Indonesia menurun hingga 23,6 persen.

Baca juga: Ahli gizi: Kekurangan zat besi anak bisa turunkan kemampuan belajar

Baca juga: Menko PMK: Angka "stunting" diperkirakan naik karena pandemi COVID-19

Baca juga: Hari Ibu dan tantangan pemenuhan gizi anak di tengah pandemi

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021