"Salah satu bagian penting dalam sistem peringatan dini tsunami Indonesia di mana data buoy yang dipasang dari laut dapat memberikan informasi adanya tsunami ketika terjadi gempa bumi di dasar laut ataupun longsoran gunung api seperti yang terjadi di Gunung Anak Krakatau," kata Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam (TPSA) Yudi Anantasena saat dihubungi ANTARA, di Jakarta, Rabu.
Yudi menuturkan data dari buoy itu penting bagi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk mengambil keputusan terkait konfirmasi terjadi tidaknya tsunami.
Baca juga: BPPT pasang CBT baru deteksi tsunami di perairan Indonesia timur
Lokasi penempatan yang saat ini sedang dilaksanakan pemasangan buoy di Selatan Malang dan Selatan Banten sebagai wilayah yang memiliki potensi megathrust, yakni gempa cukup besar dan dapat menimbulkan tsunami.
Hingga saat ini, BPPT telah menempatkan buoy di lima lokasi pada 2019, namun pada 2020 hanya dua yang dapat berfungsi dengan baik, dua buoy hilang dari lokasi dan satu buoy rusak secara teknis.
Pada 2021 BPPT akan memasang tujuh unit buoy di tujuh lokasi yaitu Perairan Selatan Bali dan Jawa sebanyak empat unit, di Perairan Barat Sumatera dua unit dan satu unit di Gunung Anak Krakatau/Selat Sunda.
Kegiatan pemasangan buoy tersebut sejalan dengan program Prioritas Riset Nasional RI.
Baca juga: BPPT luncurkan alat peringatan dini tsunami
Baca juga: BPPT siap pasang Buoy Merah Putih di Gunung Anak Krakatau
Baca juga: BMKG tak gunakan "buoy" untuk pantau tsunami
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021