Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan tempat wisata dengan konsep pelestarian alam Svarga Bumi di kawasan Borobudur bisa dikembangkan di daerah lain.Objek wisata ini bisa diduplikasi di provinsi lain, jangan hanya di Magelang yang bagus
"Saya menghargai apa yang dilakukan di tempat ini, Svarga Bumi Borobudur. Aku kagum di sini, luar biasa, ini menerobos sebuah era," kata Mentan Syahrul Yasin Limpo usai panen padi di Svaega Bumu Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Sabtu.
Menurut Mentan Syahrul, meskipun tempat wisata ini kecil, tetapi yang kecil menjadi besar dan ini masih bisa ditingkatkan.
"Objek wisata ini bisa diduplikasi di provinsi lain, jangan hanya di Magelang yang bagus. Negara ini dari Sabang sampai Merauke dan semua bisa seperti ini," kata Mentan Syahrul Yasin Limpo.
Baca juga: PT TWC kembangkan pertanian organik dorong peningkatan kualitas
Ia mengakui objek wisata ini bagus sekali dan harus terus didorong, karena objek wisata tersebut tidak mengubah kontur, tidak mengubah sesuatu, tetapi bisa memaksimalkan di atasnya, maka petaninya harus senang.
"Alhamdulillah saya merasa kagum, izin saya duplikasi ini. Saya senang banget lihat ini, luar biasa." kata Mentan Syahrul.
Menurut dia, objek wisata ini bisa dicontoh di Makassar, Sumatera Utara, dan daerah lainnya.
"Saya kira ini langkah maju untuk mengatakan pertanian itu bukan hanya menghasilkan padi, jagung, kacang, tetapi sebenarnya dengan penataan yang baik banyak akselerasi yang bisa diintervensi dan dijadikan potensi untuk tambahan bagi masyarakat yang ada di tempat itu," kata Mentan.
Baca juga: Mentan: Perkuat pertanian dengan pelestarian adat budaya
Ia mengatakan dengan pengembangan tempat wisata seperti ini tidak mengganggu komoditas yang ditanam, bahkan menjadi bagian untuk mencoba merangsang masyarakat terus melakukan upaya-upaya yang ada, agar pertanian sesempit apa pun sebenarnya bisa dilipatgandakan hasilnya.
Pimpinan Svarga Bumi Putranto Cahyono menyampaikan pihaknya hadir di Magelang untuk menambah khasanah wisata alternatif setelah Candi Borobudur.
"Kami masuk dengan konsep pelestarian alam, dengan tema wisata sawah swafoto. Jadi sawah naik kelas karena di dalamnya ada tiga hal, yakni satu mengenai ketahanan pangan, sawah dari tabah hujan menjadi sawah produktif yang semula panen setahun dua kali, kini menjadi empat kali," katanya.
Baca juga: Wapres puji pertanian terpadu di Magelang
Kedua pemberdayaan masyarakat. Pihaknya bekerja sama dengan para petani di bawah supervisi Dinas Pertanian dan ada juga bantuan dari pihak Petrokimia. Sebelumnya panen hanya 150 kilogram per 1.000 meter persegi menjadi 450 kilogram per 1.000 meter persegi.
"Yang terpenting adalah dari semua infrastruktur bibit, pupuk, biaya mengolah lahan kami bantu dan panenan kami kembalikan ke petani sehingga kami berharap bisa menambah kesejahteraan petani," katanya.
Ketiga adalah ekonomi kreatif, yang dulunya orang masuk ke sawah itu hanya untuk bercocok tanam, sekarang sudah bisa dilihat masuk ke sawah orang bisa bermain, beredukasi dan berwisata.
Baca juga: Menaker berikan bantuan program padat karya pertanian di Magelang
Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021