Pria paruh baya yang sekarang menjabat Sekretaris RW 09 Pondok Kopi memiliki peran krusial untuk memastikan kegiatan vaksinasi sebanyak 1.950 orang lanjut usia (lansia) di wilayahnya bisa berjalan sesuai rencana.
Kegiatan vaksinasi lewat pemanfaatan ruang belajar siswa TK adalah permintaan warga setempat. Sebab, vaksinasi yang dilaksanakan pemerintah di Puskesmas atau fasilitas kesehatan serupa, selalu antre dan jauh dari jangkauan warga.
Sekolah TK yang kini dikelola Yayasan Al Muhazirin di RW09 Pondok Kopi terpilih sebagai lokasi penyelenggaraan vaksinasi kelompok manula karena berada di tempat strategis. Diapit oleh 11 wilayah RW (RW01 hingga RW11) serta berdekatan dengan RS Islam Pondok Kopi sebagai antisipasi kegawatdaruratan.
Kriteria lain yang tidak kalah penting adalah bebas dari keberadaan undakan seperti tangga serta bangunan bertingkat yang dapat menyulitkan pergerakan peserta.
Sekolah yang berdiri di atas lahan seluas 750 meter persegi itu dinilai memenuhi kriteria persyaratan dari Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, setelah lokasi lainnya pada salah satu gedung SMP negeri dibatalkan sebab terlalu banyak undakan.
Opsi lain melalui pemanfaatan lapangan futsal dengan cara disekat menjadi ruang pelayanan vaksinasi, juga ditolak otoritas terkait. "Karena vaksinnya tidak boleh ada di ruang terbuka. Harus pada suhu dalam ruangan dan diberi AC," kata Endang.
Lokasi pun dipindah ke ruang kelas sekolah yang telah terpasang pendingin ruangan (AC) untuk menjaga mutu vaksin di kisaran angka 2-8 derajat Celcius. Sedangkan lapangan futsal hanya digunakan sebagai tempat tunggu dari keluarga pengantar.
Empat dari delapan ruang kelas TK Almuhazirin berukuran 5x4 meter persegi difungsikan sebagai ruang registrasi, konsultasi, observasi, penyuntikan vaksin hingga ICU mini.
Di bagian dalam ruang konsultasi dan penyuntikan terdapat lima meja yang ditempati sejumlah tenaga medis seperti dokter dan perawat untuk konsultasi peserta.
Konsultasi kesehatan terhadap peserta lansia berbeda dengan peserta umum. Yang membedakan di antaranya beberapa pertanyaan tambahan di meja dua seputar komorbiditas atau penyakit penyerta yang mungkin diderita. Sehingga alur vaksinasi pada lansia membutuhkan waktu yang lebih panjang.
Misalnya saat salah satu peserta, Siti Rosanah (64), berseteru dengan petugas di meja pendaftaran sebab statusnya sebagai penyintas Covid-19 yang belum tiga bulan sembuh menjadi alasan petugas medis menolak untuk menyuntikkan vaksin ke tubuh Siti.
"Saya masih punya risiko terinfeksi lagi. Antibodi alami saya kan hanya bertahan tiga bulan, terus kalau bulan berikutnya saya terinfeksi lagi gimana?. Sedangkan agenda vaksin sudah lewat," katanya.
Khusus lansia, pengawasan terhadap peserta dilakukan sebanyak dua kali tahapan untuk mendeteksi penyakit bawaan, riwayat penyintas hingga tensi darah.
Masih di meja registrasi, terpampang sedikitnya tujuh nama peserta yang diberi tanda silang pada kertas pendaftaran. Tertulis keterangan "mengalami hipertensi".
Terhadap lansia yang memiliki komorbid, setidaknya sudah memeriksakan kondisi fisik ke dokter yang merawat dengan dibuktikan oleh surat keterangan layak mendapat vaksin Covid-19 dari dokter minimal tiga hari sebelum divaksin.
Baca juga: Kemenkes targetkan vaksinasi COVID-19 tahap kedua rampung Mei 2021
Baca juga: Alasan lansia perlu rentang 28 hari untuk vaksinasi COVID-19 kedua
Keteteran
Sejak vaksinasi dibuka pada Senin (8/3) pukul 08.00 WIB, penyelenggara terkesan keteteran menangani animo peserta yang datang di luar prediksi. Ruang tunggu mulai dipadati lansia yang datang berjalan kaki maupun naik kursi roda.
Ketiadaan lintasan kursi roda untuk peserta vaksinasi yang menghubungkan ruang tunggu di pelataran parkir menuju tempat observasi pun luput dari persiapan penyelenggara.
Namun situasi itu segera direspons oleh pihak kelurahan dengan mengerahkan tenaga beberapa orang PPSU untuk membuat jembatan berbahan papan kayu.
Alur pelayanan yang semula ditargetkan setiap jam sanggup menyelesaikan vaksinasi untuk sepuluh peserta pun nyatanya belum sesuai harapan.
Awalnya ada 396 peserta per hari, yang dibagi dalam empat kloter setiap jam, tapi justru menumpuk di jam awal.
Gelombang pelayanan yang tidak sesuai jadwal, dikhawatirkan Endang membuat pelaksanaan vaksinasi dosis kedua molor hingga memasuki Ramadhan.
Kalau dihitung satu jam paling sekitar lima sampai delapan orang, seharusnya bisa sepuluh. Karena persyaratannya memang ketat sekali. "Saya khawatir kalau masuk di bulan puasa untuk dosis kedua (28 hari ke depan) berpengaruh pada daya tahan tubuh peserta," kata Endang.
Terdapat 11 wilayah RW yang disasar dengan jumlah 1.950 peserta vaksin selama empat hari berturut, pada Senin (8/3), Selasa (9/3), Kamis (11/3) dan Jumat (12/3).
Pelaksanaan di hari Rabu (10/3) terpaksa ditiadakan sebab berbenturan dengan jadwal kegiatan belajar mengajar siswa dalam rangka Isra Mi'raj.
Baca juga: Metode "drive thru" bentor untuk vaksinasi COVID-19 lansia
Jemput bola
Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur Indra Setiawan mengemukakan kegiatan vaksinasi dinamis lansia di Kelurahan Pondok Kopi dilakukan dengan pengawasan ekstra ketat, tidak hanya dari daya tahan tubuh peserta, tapi juga mutu obat.
Vaksinasi itu merupakan yang perdana digelar di Jakarta Timur dengan memanfaatkan fasilitas umum seperti sekolahan untuk jemput bola pelayanan.
Namun Indra memastikan penyelenggaraan vaksinasi di fasilitas umum ini tidak akan mengurangi kualitas serta mutu vaksin kepada penerima.
Petugas Puskesmas Pondok Kopi menyediakan sejumlah boks pendingin untuk menjaga suhu vaksin Sinovac tetap di kisaran angka 2-8 derajat celcius.
Jakarta Timur menargetkan 225.950 kelompok Lansia diberi vaksin COVID-19, walau tidak menutup kemungkinan ada yang harus tertunda karena penyakit bawaan yang diderita.
Program vaksinasi dinamis bagi Lansia di 10 wilayah kecamatan yang dimulai sejak Senin (1/3/2021), ditargetkan rampung pada akhir Maret 2021.
Upaya mempercepat pelaksanaan vaksin lansia tidak hanya dilakukan di gedung sekolah, namun juga di berbagai tempat pelatihan.
Jumlah tenaga kesehatan yang dikerahkan dari setiap kecamatan pun berbeda-beda, disesuaikan dengan jumlah cakupan wilayah dan jumlah peserta.
Minimal setiap kecamatan jumlahnya sekitar tiga hingga enam tim. Setiap timnya berjumlah tujuh tenaga medis.
Percepatan
Agenda tahap dua vaksinasi COVID-19 yang menyasar sekitar 38 juta warga lanjut usia (lansia) serta petugas pelayanan publik ditargetkan rampung pada Mei 2021.
Inspektur Jenderal Kementerian Kesehatan Murti Utami sedang mendorong percepatan vaksinasi Covid-19 dengan melibatkan berbagai lapisan unsur dari kalangan masyarakat hingga instansi/lembaga maupun swasta.
Agenda tahap pertama vaksinasi yang menyasar sekitar 3 juta lebih tenaga kesehatan sejak Januari-Februari 2021, saat ini telah rampung. Sasaran vaksinasi tahap kedua mencakup 38.513.446 orang lansia serta petugas pelayanan publik.
Kemenkes berharapkan program vaksinasi bisa selesai dalam satu tahun. Di kementerian maupun lembaga sudah banyak sekali melaksanakan (vaksinasi COVID-19) di kantor masing-masing.
Sejumlah rumah sakit swasta pun ikut mendukung program percepatan vaksinasi bagi lansia. Salah satunya Siloam Hospital Group dengan mengerahkan tenaga kesehatan di kantor cabang mereka untuk berkontribusi pada percepatan vaksinasi.
Tidak kurang 2.035 lansia yang mempunyai kartu tanda penduduk (KTP) wilayah Jakarta telah diselesaikan Siloam Hospital pada 4-15 Maret 2021.
Ikhtiar mencapai kekebalan komunal dari program vaksinasi membutuhkan kolaborasi seluruh lapisan masyarakat. Semoga target 181 juta kepesertaan atau setara 70 persen masyarakat yang memperoleh vaksin bisa membawa bangsa ini terbebas dari penularan COVID-19.
Baca juga: Sekolah dijadikan tempat vaksinasi warga lansia di Jakarta Timur
Baca juga: Prioritas lansia, Kementerian BUMN kebut realisasi satu juta vaksin
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Arief Mujayatno
Copyright © ANTARA 2021