"Teknologi memiliki peran yang sangat vital dalam mencapai kemajuan, termasuk kemajuan bidang ekonomi. Tidak itu saja, teknologi juga dapat diterapkan di berbagai sektor, baik kesehatan, pendidikan maupun perdagangan," kata La Nyalla dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Selasa.
Baca juga: Menristek: Kecerdasan artifisial tingkatkan produktivitas bisnis
Baca juga: Menteri: Kecerdasan artifisial jadi dasar inovasi Indonesia masa depan
Menurut dia, BPPT bisa menjadi pioner pemulihan ekonomi di masa pandemi COVID-19 melalui pengembangan inovasi dan teknologi. BPPT juga harus menjadi pusat kecerdasan teknologi Indonesia, dimana dunia saat ini sedang bersaing dalam kecerdasan artifisial.
"Persaingan secara global saat ini adalah persaingan untuk menguasai AI (kecerdasan artifisial). Kondisi ini layaknya space war di era perang dingin. Siapa yang mampu menguasai AI, berpotensi menguasai dunia," ujarnya.
Alumnus Universitas Brawijaya (UB) itu menuturkan untuk menghadapi era itu, peran BPPT dibutuhkan untuk bisa memproduksi teknologi.
"Dengan segala potensinya, BPPT mampu bersaing. BPPT juga bisa bersinergi dengan talenta-talenta diaspora, peneliti-peneliti di universitas, startup teknologi, anak-anak muda yang sangat militan," tuturnya.
Untuk itu, La Nyalla berharap BPPT membangun mesin kecerdasan artifisial Indonesia yang bisa memfasilitasi gotong royong antar-inovator dan peneliti.
Dengan memanfaatkan teknologi, setiap kegiatan termasuk di bidang ekonomi dan sosial menjadi lebih efektif, efisien, mudah dan cepat. "Kita memang sudah harus akrab dengan penggunaan teknologi. Oleh sebab itu, BPPT dituntut untuk dapat mengembangkan dan menemukan teknologi baru yang berguna untuk mempercepat pemulihan ekonomi," ujarnya.
Baca juga: BPPT bangun Pusat Inovasi Kecerdasan Artifisial
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021