Kementerian Koperasi dan UKM menjalin kerja sama dengan Kementerian BUMN untuk meningkatkan penyerapan produk UMKM oleh BUMN melalui penyiapan skema yang dirancang khusus.Sesuai dengan arahan Presiden kemitraan antara Kementerian Koperasi dan UKM dengan Kementerian BUMN dalam dua hal tadi supaya dikonkretkan
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki di Jakarta, Selasa, mengatakan ada dua skema implementasi penyerapan produk UMKM oleh BUMN yang disiapkan kedua kementerian yakni melalui pasar digital dan rantai nilai BUMN.
“Sesuai dengan arahan Presiden kemitraan antara Kementerian Koperasi dan UKM dengan Kementerian BUMN dalam dua hal tadi supaya dikonkretkan,” katanya saat bertemu dengan Wakil Menteri BUMN I Pahala N. Mansuri.
Teten mengatakan pasokan produk UMKM dalam global value chain baru mencapai 4,1 persen. Diharapkan, dengan kemitraan kedua kementerian berjalan baik sehingga bisa mendorong persentase produk-produk UMKM Indonesia masuk ke global value chain lebih besar lagi.
“Kita belum bisa memperkirakan targetnya berapa. Kita mau kembangkan dulu, kita mau cari peluang-peluang dulu, karena yang diharapkan pertama yang mengintegrasikan produk UMKM dalam rantai pasok itu dimulai dari BUMN,” ujar Teten.
Untuk mendorong peningkatan persentase produk-produk UMKM Indonesia masuk ke global value chain, Kementerian Koperasi dan UKM juga menjalin kemitraan dengan pihak swasta. Terutama dalam hal meningkatkan mutu produk UMKM.
Ia mengakui selama ini sudah ada produk UMKM yang dipasok untuk rem kereta api atau produk untuk menyediakan jaringan transmisi PLN. Produk-produk tersebut tengah diupayakan untuk dikembangkan.
“Akan dikembangkan juga sektor pangan yaitu koperasi pangan, bisa memasok untuk bahan baku Kimia Farma, Bio Farma, dan lain-lain,” katanya.
Pihaknya juga sedang mendorong UMKM memproduksi komponen suku cadang dalam jangka panjang yang bisa membangun UMKM berbasis pada pengembangan teknologi yang dibutuhkan industri.
“Selain BUMN kita juga ingin kembangkan dengan swasta agar sebagian spare part mobil dan motor itu tidak hanya dikerjakan industri besar saja, tapi disubkontrakkan dengan UMKM. Dengan begitu kan ada transfer teknologi, transfer pengetahuan, dan UMKM dituntut memenuhi standar,” lanjut Teten.
Wamen BUMN I Pahala N. Mansuri mengatakan Kementerian BUMN banyak membutuhkan komponen-komponen maupun spare part yang bisa menjadi offtaker bagi Kimia Farma dan Biofarma.
“Salah satu yang dikembangkan adalah industri herbal. Bahan-bahan herbal tadi diproduksi oleh koperasi. Inilah contoh kerja sama kemitraan. BUMN yang lain juga membutuhkan bahan baku yang diproduksi oleh UMKM seperti Pertamina dan Pindad,” kata Pahala.
Menurut dia, peluang usaha ini akan didorong supaya masuk ke global value chain. Khusus pengadaan produk UMKM difokuskan supaya menyambung dengan mata rantai strategis tadi. “Produksi yang berulang dan memerlukan jumlah yang banyak,” kata Pahala.
Baca juga: Kementerian BUMN siap tingkatkan PaDi UMKM secara bertahap
Baca juga: Wamen BUMN: Kemitraan BUMN dan UMKM penting dalam pemulihan ekonomi
Baca juga: Teten sebut holding BUMN ultra mikro permudah UMKM naik kelas
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021