Daeng mengkhawatirkan masker abal-abal tersebut terpakai oleh tenaga kesehatan dan menjadikan mereka mudah tertular virus dari pasien, baik yang positif COVID-19 maupun kasus asimtomatik atau orang tanpa gejala (OTG).
"Banyak contohnya masker yang medical grade, misalnya N95, KF94, KN95 atau masker-masker lain yang medical grade. Ini perlu kita sosialisasikan, karena banyak nakes yang tidak paham yang medical grade dan mana yang tidak," ujar Daeng dalam Rapat Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana (Rakornas PB) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Tahun 2021 di Jakarta, Selasa.
Daeng meminta aparat keamanan untuk menertibkan masker abal-abal yang tidak medical grade di lapangan, agar keamanan masyarakat dan tenaga medis terjamin.
Baca juga: Target IDI tekan angka kematian tenaga kesehatan hingga 50 persen
Baca juga: Pakar: Tingkatkan imunitas lansia sebelum divaksin COVID-19
Selain itu, IDI tengah mengampanyekan penurunan transmisi virus di dalam ruangan praktek tenaga kesehatan dengan pembersihan udara.
Menurutnya, setiap pasien yang sakit baik yang positif atau OTG, tanpa berbicara pun atau tanpa mengeluarkan kata-kata pun dapat berpotensi menularkan virus.
Hal itu berkemungkinan besar terpaparnya tenaga kesehatan juga akan terus berlangsung.
"Kalau tidak ada strategi penurunan udara atau tidak ada pembersihan udara di ruangan tersebut, atau penyaringan udara secara baik, maka akan semakin mudah tenaga kesehatan kita setiap hari menghirup virus yang ada di ruangan itu," ujar dia.*
Baca juga: Ada mutasi virus Inggris, IDI ingatkan warga Aceh tak renggang prokes
Baca juga: IDI harap vaksinasi COVID-19 "drive thru" bisa di seluruh Indonesia
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021