Ketertarikan Edho Zell pada dunia esport diakuinya telah sejak lama. "Dulu hampir tiap malam main Call of Duty itu bisa sampai jam 3 pagi, main Overwatch juga sampai pagi," ujar Edho Zell kepada Antara usai temu media di Jakarta, Rabu.
Saat itu, Edho Zell mengatakan sering bermain bersama pro player epsort Arza Satria. "Saya numpang menang sama Azra dan timnya," kenang Edho Zell.
Baca juga: Industri esports diprediksi tembus Rp14,4 triliun tahun ini
Sempat terbesit untuk menjadi pemain profesional, namun Edho Zell mengungkapkan tidak tahu bagaimana cara untuk memulai.
Bersama Azra, pemilik channel YouTube dengan 3,82 juta subscriber itu bersama Azra akhirnya memutuskan untuk menjadi jembatan anak-anak muda yang ingin menjadi pemain game profesional atau atlet esport.
"Sekarang sama-sama sudah mapan jadi ingin memberikan kontribusi buat apa yang kita cintai, apa yang kita passion-kan," kata Edho Zell.
Baca juga: DG Esports juarai Call of Duty Mobile Major Series Season 4
Tumbuhkan ekosistem esport
Sebagai founder, Edho Zell mengatakan Esports Academy ID, secara umum, didirikan untuk memberikan edukasi mengenai dunia esports. Agar dapat dijangkau oleh lebih banyak orang, kelas Esports Academy ID dilakukan secara daring.
Platform digital juga menjadi cara untuk memperkecil disparitas, sebab pusat pelatihan umumnya berada di kota besar. Sehingga, diharapkan mereka yang berasal dari daerah dapat mengikuti.
"Siapa pun bisa daftar di sini. Ini sekolah esport terbuka pertama," ujar Edho Zell.
Edho Zell mengatakan telah mulai membangun Esports Academy ID sejak enam hingga tujuh bulan lalu. Dalam kurun waktu tersebut, dia bersama Arza menentukan kurikulum. Tidak hanya membahas soal game, namun juga mengenai industri esport.
"Bagaimana kamu sebagai player mengurusi management, kontrak, yang mungkin tidak pernah diajari. Saya sebagai orang yang berpengalaman, ingin mengajari bahwa esport Indonesia seberti ini scene-nya, industrinya seperti ini," ujar Arza.
Selain itu, Edho Zell juga ingin mengajarkan soal attitude dalam culture esport. Game online yang berada di ruang digital kerap kali "toxic," dan sering kali telah mendarah daging, yang kemudian masih sering kali dibawa pemain saat "naik kelas" menjadi profesional.
"Itu yang selalu kita tekankan bahwa bikin culture baru yuk sama-sama supaya memang punya komunitas yang baik, membangun mereka bukan cuman sekadar dari skill-nya tapi juga ada attitude," kata Edho Zell.
"In the end, kalau sudah profesional, mau kontrak sama esport-esport besar pasti ada brand di belakangnya, kita enggak bisa sembarangan," dia menambahkan.
Kelas Esports Academy ID dibuka untuk umum secara gratis, setiap Selasa, Rabu, Kamis dan Jumat, pukul 19.00 WIB, yang akan mengajarkan materi umum tentang esports. Namun, Esports Academy ID juga membuka kelas private.
Game yang diajarkan dalam kelas tersebut, termasuk PUBG, Mobile Legends, Wild Rift dan Valorant. Setiap bidang memiliki satu coach. Esports Academy ID juga mengundang pro player untuk memberikan materi.
Sementara itu, SAGA Esport akan menaungi pro player. Saat ini terdapat empat divisi di dalam tim esport tersebut, yakni divisi FIFA, Wild Rift, PUBG PC dan Valorant.
Sebagai tim esport baru, SAGA Esports bahkan telah mendapat undangan untuk bertanding dalam ESL FIFA21 Open Series Invitational Match pada 16 Maret mendatang.
"Salah satu achievement kita masuk empat besar di League of Legend-nya ROW TV. Anak-anaknya dari Academy semua, akhirnya bisa menandingi, berada bersama tim-tim esport lain," ujar Arza.
"Lahirnya dan belajarnya dari Esport academy, dan enam bulan sudah bisa empat besar, itu kebanggaan buat kita," imbuh Edho Zell.
Ke depannya, SAGA Esport juga berencana untuk membentuk divisi PUBG Mobile dan Mobile Legends, yang saat ini populer.
Baca juga: Bigetron Alpha curi poin dari Aura Fire di pekan kedua MPL Season 7
Baca juga: EVOS Esports gandeng Hepmil Creators' Network
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2021