Salah seorang mahasiswa anggota peneliti alat pendeteksi Diabetes yang dinamai "Gluconov" tersebut, Diana Almaas Akbar Rajah, dalam siaran pers di Semarang, Kamis, mengatakan alat tersebut tidak akan menimbulkan luka di jari pasien seperti alat pengecek diabetes pada umumnya.
Selain Diana, alat tersebut juga diciptakan bersama tiga mahasiswa Program Studi Teknis Biomedis lainnya, yakni Annelicia Eunice Arabelle, Nadiya Nurul dan Tee, Kevin Tedjasukmana.
Diana menjelaskan Gluconov disusun menggunakan rangkaian spektrofotometri, Light Dependent Resistor, keping polikarbonat, dan motor dengan mikrokontroler.
Baca juga: Udinus Semarang sabet empat medali di ajang kewirausahaan ASEAN
Baca juga: Dua mahasiswa Udinus Semarang dipanggil masuk pelatnas SEA Games 2021
Ia mengklaim metode ini memiliki akurasi hingga 95 persen.
"Dalam penggunaannya, jari tangan pasien diletakkan pada slot yang telah tersedia, kemudian akan mendeteksi perubahan intensitas cahaya yang dimiliki oleh darah akibat dari paparan cahaya. Perubahan tersebut dihasilkan oleh pembiasan cahaya putih dengan keping polikarbonat," katanya.
Hasil pengukuran itu selanjutnya akan dikirim ke telepon pintar melalui jaringan wifi.
Ia menyebut alat ini nantinya bisa digunakan secara global.
Ia menambahkan alat tersebut akan dijual dengan harga Rp370 ribu per unit, sementara aplikasi pengecek hasilnya bisa diunduh melalui play store.
Ia menuturkan Gluconov sempat menghasilkan penghargaan saat ditampilkan dalam ajang Asean Innovation Science and Entrepreneur Fair 2021.*
Baca juga: Udinus ciptakan "Smart Agrologistik" untuk mudahkan petani jamur
Baca juga: Guru besar Udinus: Akuntan tak tergantikan oleh mesin maupun teknologi
Pewarta: Immanuel Citra Senjaya
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021