Dinas Kesehatan NTT mendapatkan dukungan logistik untuk program pengelolaan gizi buruk terintegrasi (PGBT) berupa 1.000 boks Ready-to-Use Therapeutic Food (RUTF), makanan terapi khusus bagi anak balita usia 6-59 bulan yang menderita gizi buruk tanpa komplikasi medis dari UNICEF dalam rangka mencegah stunting.Kelanjutan dari pilot project yang dilakukan di enam puskesmas di Kabupaten Kupang
"Dukungan RUTF dari UNICEF kepada pemerintah daerah NTT diharapkan dapat membantu upaya pemenuhan hak anak, yakni pengentasan gizi buruk, sehingga menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh kembang serta mendukung upaya pemerintah daerah provinsi NTT dalam mencegah Stunting," kata Kepala Perwakilan UNICEF NTT dan NTB Yudhistira Yewangoe kepada wartawan di Kupang, Jumat.
Ia menjelaskan bahwa RUTF adalah makanan padat gizi berbentuk pasta yang diberikan kepada anak berusia 6 bulan hingga 59 bulan yang menderita gizi buruk tanpa komplikasi melalui layanan rawat jalan.
RUTF merupakan makan terapi gizi yang direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan RI bagi anak gizi buruk tanpa komplikasi yg menjalani layanan rawat jalan di puskesmas atau pustu.
Satu bungkus RUTF ini memiliki berat 92 gram dengan jumlah kalori sebesar 500 kkal dan lanjut dia telah diperkaya dengan berbagai vitamin dan mineral, sangat lengkap sesuai dengan kebutuhan terapi gizi anak gizi buruk.
Yudhistira menambahkan bahwa sejak tahun 2018, Dinkes NTT bersama UNICEF bekerja sama dalam usaha pencegahan dan penanganan angka gizi buruk pada balita melalui perluasan program PGBT di seluruh kabupaten/kota.
Baca juga: 1000 Days Fund: Banyak ibu hamil di NTT tidak periksa kandungan
Baca juga: Kemenkes:Indonesia butuh inovasi turunkan kekerdilan hingga 19 persen
"Program ini merupakan kelanjutan dari pilot project yang dilakukan di enam puskesmas di Kabupaten Kupang sejak periode Oktober 2015 – April 2018," ujar dia.
Ia menambahkan berdasarkan hasil pilot project yang meyakinkan dimana mulai tahun 2017 pilot project program PGBT mencapai 3 dari 4 standard performen global yakni angka kesembuhan mencapai kurang lebih 75 persen.
Dropout kurang lebih 15 persen dan kematian kurang lebih 10 persen maka sejak tahun 2018 Dinkes NTT mengembangkan peta jalan perluasan layanan PGBT ke 22 kabupaten/Kota yang ada di provinsi NTT secara bertahap dengan bantuan teknis dari UNICEF.
Pada tahun 2020, sebanyak 835 orang anak gizi buruk telah mendapatkan pelayanan rawat jalan dengan RUTF dan pengasuh juga diberikan konseling gizi terkait teknis pemberian RUTF selama perawatan oleh tenaga terlatih agar dapat menunjang pemulihan anak.
Iapun menilai bahwa pandemi COVID-19 berdampak besar terhadap kesejahteraan, keselamatan dan masa depan anak. Oleh karena itu kerja sama erat yang terjalin antara pemprov NTT dan UNICEF adalah bentuk upaya untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anak, termasuk dalam upaya penanganan gizi buruk yang dialami sekitar 4.6 persen anak di NTT.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan NTT Messerassi B. V. Ataupah mengapresiasi apa yang dilakukan oleh UNICEF dalam rangka mendukung program pemberantasan stunting di NTT.
“Kami berharap bahwa pemberian RUTF dapat membantu memperbaiki masalah gizi buruk di NTT. RUTF ini sifatnya sementara untuk terapi pemenuhan gizi anak gizi buruk," tambah dia.
Baca juga: Untuk tangani "stunting", UNICEF digandeng Pemprov NTT
Baca juga: Angka masalah gizi pada anak akibat COVID-19 dapat meningkat tajam
Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021