Perekayasa Utama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Unggul Priyanto mengatakan penggunaan DME mampu menghemat konsumsi elpiji sebanyak 20 persen.
"Angka ini perhitungannya untuk efisiensi kompor dan getting value hanya sampai 20 persen," kata Unggul Priyanto dalam diskusi daring di Jakarta, Jumat.
Apabila substitusi DME dilakukan di atas angka 20 persen, maka akan menyebabkan pengkerutan pada komponen karet dan non-metal pada kompor elpiji.
Baca juga: Hilirisasi DME batubara diyakini tekan ketergantungan impor elpiji
"DME enggak bisa dipakai 100 persen kecuali semua peralatannya ganti–kompor ganti, selang ganti–itu ribet dan mahal, tetapi kalau kita berani ke sana ya enggak masalah, karena ini pilihan," kata Unggul.
Saat ini konsumsi elpiji di Indonesia mencapai 7 juta metrik ton per tahun, sedangkan angka produksi elpiji dari kilang-kilang minyak dan gas hanya 2 juta metrik ton, sehingga pemerintah harus mengimpor sekitar 5 juta metrik ton atau 75 persen kebutuhan elpiji setiap tahun.
Substitusi DME 20 persen mampu memperbaiki neraca perdagangan yang timpang akibat belanja impor elpiji, karena karakteristik DME mirip dengan komponen elpiji berupa propana dan butana, sehingga bisa diterapkan untuk bahan bakar rumah tangga.
Baca juga: Anggota DPR: Kaji aspek keekonomian program DME pengganti LPG
Dalam APBN 2021, pemerintah menyiapkan subsidi elpiji tabung ukuran tiga kilogram untuk konsumsi rumah tangga sebanyak 7,5 juta metrik ton dengan nilai anggaran mencapai Rp40,29 triliun.
Di banyak negara maju seperti Jepang dan China, DME tak hanya digunakan untuk solvent, aerosol propellant ataupun refrigerant, tetapi telah dimanfatkan sebagai bahan bakar kendaraan diesel, rumah tangga hingga pembangkit listrik.
Bahan baku DME berasal dari banyak sumber mulai dari batu bara, gas alam, bahkan biogas yang terbuat dari pembusukan bahan-bahan organik.
"Kalau mau bikin DME dari batu bara dan gas alam harga bahan baku harus diskon, sama seperti biodiesel yang tidak hanya sekedar mengurangi impor tetapi juga menjadi buffer untuk kelebihan produksi CPO yang selama ini menimbulkan masalah di market," kata Unggul.
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021