Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan Sojitz tertarik mengembangkan industri metanol dan amoniak di Indonesia, mengingat kebutuhan industri hilirnya terus meningkat di negeri ini.Dalam pertemuan tadi, Sojitz menyatakan ketertarikan untuk mengembangkan industri metanol dan amoniak di Kawasan Industri Teluk Bintuni yang akan menyerap investasi sekitar 5 miliar dolar
Dalam kunjungan kerja ke Tokyo, Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita didampingi Duta Besar RI di Jepang, Heri Akhmadi bertemu dengan perusahaan industri kimia Sojitz Corporation untuk membahas pengembangan industri metanol di Indonesia.
“Dalam pertemuan tadi, Sojitz menyatakan ketertarikan untuk mengembangkan industri metanol dan amoniak di Kawasan Industri Teluk Bintuni yang akan menyerap investasi sekitar 5 miliar dolar, ” ujar Menperin di Tokyo, melalui keterangan tertulis yang diterima Sabtu.
Pada pertemuan dengan Presiden dan CEO Sojitz Corporation Fujimoto Masayoshi, Menperin menyampaikan bahwa proyek Bintuni masuk sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN), sehingga akan memperoleh kemudahan serta berbagai insentif dari Pemerintah.
“Proyek petrokimia di Teluk Bintuni akan menjadi yang terbesar dengan luas sekitar 2.000 hektare. Kami akan membahasnya lebih lanjut pada kunjungan selanjutnya di bulan Mei mendatang,” jelasnya.
Bisnis Sojitz Corporation di Indonesia meliputi perusahaan Kaltim Methanol Industri (KMI) di Bontang, Kalimantan Timur yang merupakan satu-satunya produsen metanol di Indonesia.
Perusahaan tersebut berkapasitas produksi 660.000 metrics ton per tahun.
“Dengan kebutuhan metanol di dalam negeri yang mencapai sekitar dua juta ton, pembangunan pabrik metanol baru amat dibutuhkan,” jelas Menperin.
Bahan baku metanol sangat dibutuhkan, antara lain dalam industri tekstil, plastik, resin sintetis, farmasi, insektisida, plywood. Metanol juga sangat berperan sebagai antifreeze dan inhibitor dalam kegiatan migas.
Selain itu, metanol juga merupakan salah satu bahan baku untuk pembuatan biodiesel.
“Di tahun 2020, permintaan akan metanol juga meningkat dengan penerapan mandatory biodiesel B30,” ujar Menperin.
Guna merealisasikan proyek pembangunan pabrik metanol kedua tersebut, diperlukan dukungan penuh kedua Pemerintah dalam pengembangan industri petrokimia di Bintuni.
Kawasan industri ini dikembangkan secara multiyear dengan menggunakan KPBU (Kerjasama Pemerintah Badan Usaha).
Pembangunan infrastruktur di kawasan tersebut ditargetkan bisa dilaksanakan pada tahun ini dan dilanjutkan pembangunan pabrik-pabrik pada 2022, sehingga tenant bisa mulai berproduksi pada 2024.
Pada kesempatan tersebut, Menperin juga mengundang Sojitz untuk berinvestasi pada industri soda ash sebagai hilirisasi dari ammonia, di samping sebagai pengurangan emisi CO2 pada pembakaran batubara yang akan dikembangkan oleh Sojitz.
“Pemerintah akan memberikan insentif tertentu bagi industri pioner seperti soda ash,” kata Menperin.
Baca juga: Menperin: Toyota komitmen perluas ekspor ke 100 negara dari Indonesia
Baca juga: Menperin: Honda komitmen investasi Rp5,2 triliun dan relokasi pabrik
Baca juga: Menperin: Suzuki komitmen tambah investasi Rp1,2 triliun untuk Ertiga
Baca juga: Menperin: Mitsubishi berkomitmen tambah investasi Rp11,2 triliun
Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2021