• Beranda
  • Berita
  • Tren kosmetik 2021 dari pelaku usaha hingga pegiat kecantikan

Tren kosmetik 2021 dari pelaku usaha hingga pegiat kecantikan

16 Maret 2021 10:13 WIB
Tren kosmetik 2021 dari pelaku usaha hingga pegiat kecantikan
Ilustrasi - Kosmetik. ANTARA/Pexels.
Pelaku usaha hingga pegiat kecantikan mengungkapkan tren kosmetik yang digandrungi masyarakat Indonesia tahun ini.

Menurut Paragon Group Head Consumer Market Insight, penggunaan masker sebagai hal yang wajib dipakai selama pandemi mengubah tren tata rias di masyarakat. Penggunaan masker membuat orang-orang hanya bisa memperlihatkan bagian hidung ke atas saat ke luar rumah, itulah mengapa riasan mata jadi fokus saat ini.

Baca juga: "Skinimalism" hingga "bold lips", tren kecantikan 2021

Riasan mata, seperti eyeshadow, eyeliner, mascara, dan eyebrow menjadi sangat penting di masa ini, demikian menurut Paragon yang menaungi brand-brand kosmetik dan personal care seperti Wardah, Make Over, Emina dan Kahf.

Pemengaruh kecantikan Affi Assegaf mengamini hal tersebut. Dia berpendapat, orang-orang kini fokus mendandani bagian yang tidak tertutup oleh masker, yakni riasan mata.

"Oleh karena itu, banyak orang yang sekarang membeli produk riasan mata seperti maskara, eyeliner dan pemulas mata untuk mengekspresikan diri lewat dandanan di tengah keterbatasan pandemi," kata Affi.

Bukan berarti kosmetik lain seperti lipstik jadi kehilangan pesona. Jenis lipstik yang disukai belakangan ini adalah lipstik matte yang transferproof, tidak menempel ke permukaan masker. Menurut Paragon, tren tersebut masih akan tetap digemari tahun ini.

Direktur Utama PT Martina Berto Tbk (MBTO) Bryan Tilaar mengatakan, konsumsi untuk produk tata rias jauh berkurang selama pandemi karena setengah wajah tertutupi masker ketika ke luar rumah. Lain halnya dengan produk perawatan kulit, perawatan tubuh dan perawatan rambut.

Baca juga: Produk kosmetik mata lebih diminati saat adaptasi kebiasaan baru

"Dibanding tata rias, ketiga kategori ini lebih prospektif di masa depan selama pandemi," ungkap Bryan.

Berada di rumah dalam waktu lama membuat orang relatif punya lebih banyak waktu untuk memperhatikan kesehatan diri, termasuk soal kulit. Affi berpendapat, produk perawatan kulit akan masih mendominasi tahun ini, khususnya yang menggabungkan kandungan natural dengan zat aktif skin care yang terbukti bagus untuk kulit.

"Misalnya, satu produk mengandung retinol tapi ada juga ekstrak green tea, itu diminati pencinta beauty karena bisa dapat manfaat keduanya," kata Affi.

Dia menambahkan, sebuah kebanggaan bagi masyarakat Indonesia karena kini sudah banyak jenama lokal yang mempraktikkan tren tersebut, memadukan kandungan alami dengan bahan aktif dalam skin care yang terbukti ampuh.

Melihat kandungan tren dalam produk kecantikan di mancanegara, Affi mengatakan sebetulnya tumbuhan-tumbuhan tersebut juga ada di Indonesia, bahkan dipakai meski lewat cara tradisional.

Dia mencontohkan moringa alias daun kelor yang mulai banyak dilirik oleh brand-brand luar negeri sebagai kandungan dalam produk mereka. Sehingga, sangat memungkinkan untuk bisa membuat produk-produk sesuai tren global dengan memanfaatkan kekayaan bahan-bahan di Indonesia, meski dia tidak menampik masih ada bahan yang harus diimpor.

"Kita harap ke depan yang berkembang di Indonesia bukan cuma dari skin care brand, tapi dari semua aspek industri, dari ketersediaan sampai manufaktur, jadi tidak usah impor."

Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih berharap industri farmasi dan obat tradisional, termasuk kosmetik, terus mendorong penggunaan bahan baku lokal. Sebab, Indonesia memiliki keunggulan komparatif dibandingkan dengan negara-negara penghasil produk jamu dan kosmetik berbahan alami lainnya seperti China, Malaysia maupun Thailand.

“Indonesia memiliki potensi tanaman obat yang banyak tumbuh di berbagai wilayah dengan jumlah sekitar 30.000 spesies dari 40.000 spesies tanaman obat di dunia,” kata Gati.

Dia menyampaikan, sektor kosmetik tumbuh signifikan pada 2020, yang terlihat dari kinerja pertumbuhan industri kimia, farmasi, dan obat tradisional, di mana kosmetik termasuk di dalamnya, tumbuh 9,39 persen.

“Sektor tersebut berkontribusi 1,92 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB),” kata Gati.

Bahkan, di tengah tekanan dampak pandemi COVID-19, kelompok manufaktur tersebut mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap devisa melalui capaian nilai ekspornya yang menembus 317 juta dolar AS atau Rp4,44 triliun pada semester I-2020, atau naik 15,2 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.


Baca juga: Kreativitas kosmetik lokal di era Industri 4.0

Baca juga: Tren dekorasi hingga "makeup" pernikahan di 2021

Baca juga: Ragam keunikan dan tren riasan era 2010-an hingga 2020


 

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021