• Beranda
  • Berita
  • Riset: Infeksi COVID berulang langka, namun lansia lebih rentan

Riset: Infeksi COVID berulang langka, namun lansia lebih rentan

18 Maret 2021 17:46 WIB
Riset: Infeksi COVID berulang langka, namun lansia lebih rentan
Annie Innes, 90 tahun, menerima suntikan vaksin COVID-19 buatan Pfizer/BioNTech di Abercorn House Care Home di Hamilton, Skotlandia, Inggris, Senin (14/12/2020). ANTARA FOTO/REUTERS/Russell Cheyne/Pool/RWA/djo
Mayoritas pengidap COVID-19 terlindungi dari infeksi berulang setidaknya selama enam bulan, tetapi kondisi itu lebih rentan terjadi pada orang yang lebih tua dibanding mereka yang lebih muda, menurut riset yang dipublikasi pada Rabu (17/3).

Riset, yang terbit di jurnal medis the Lancet, itu menemukan bahwa hanya 0,65 persen pasien positif terpapar COVID-19 untuk kedua kali setelah sebelumnya terinfeksi selama gelombang pertama dan kedua di Denmark. Angka itu jauh lebih rendah dibandingkan 3,27 persen yang terbukti positif COVID-19 menggunakan tes PCR yang sangat akurat setelah awalnya negatif.

Namun, riset tersebut menemukan lansia di atas 65 tahun hanya 47 persen terlindungi dari infeksi berulang, dibandingkan dengan dengan 80 persen perlindungan pada kaum muda.

"Riset kami menguatkan apa yang telah ditunjukkan oleh studi-studi lain: infeksi COVID-19 berulang jarang terjadi pada orang yang lebih muda dan sehat, tetapi orang yang lebih tua memiliki risiko besar untuk terinfeksi kembali," kata Steen Ethelberg dari Statens Serum Institut Denmark.

"Karena orang yang lebih tua juga lebih memungkinkan mengalami gejala penyakit parah, dan sayangnya meninggal, temuan kami memperjelas seberapa penting untuk menerapkan kebijakan perlindungan terhadap kaum lansia selama pandemi."

Para penulis riset menemukan tidak ada bukti bahwa perlindungan terhadap infeksi berulang menurun selama enam bulan masa tindak lanjut. Namun menurut mereka, riset lebih mendalam diperlukan untuk mengukur perlindungan terhadap infeksi berulang varian COVID-19.
 
Data yang dianalisis itu dihimpun melalui strategi pengujian nasional Denmark, yang selama 2020 ada kurang dari 69 persen populasi atau empat juta orang yang diuji.

Ketika mengomentari hasil tersebut, profesor Imperial College London Rosemary Boyton dan Danny Altmann  menyebutkan bahwa hasil penelitian itu menunjukkan perlindungan yang lebih rendah dan "lebih memprihatinkan" ketimbang riset-riset sebelumnya.

"Data ini semuanya terkonfirmasi, jika diperlukan, bahwa untuk SARS-CoV-2 harapan imunitas perlindungan melalui infeksi alami mungkin tidak dapat kita jangkau dan program vaksinasi global dengan vaksin yang sangat ampuh merupakan solusi yang bertahan lama," katanya dalam komentar yang dipublikasi di jurnal the Lancet.

Sumber: Reuters

Baca juga: Inggris mulai berikan suntikan COVID ke warga berusia 65 tahun ke atas

​​​​​​​Baca juga: Komite vaksin Kanada: AstraZeneca tidak untuk 65 tahun ke atas
​​
Baca juga: Alasan lansia perlu rentang 28 hari untuk vaksinasi COVID-19 kedua

 

Vaksinasi dosis kedua, Wapres tegaskan vaksin COVID-19 aman untuk lansia​​​​​​​

Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021