Optimisme Presiden untuk "Re-Open Border" Bali

20 Maret 2021 12:06 WIB
Optimisme Presiden untuk "Re-Open Border" Bali
Wisatawan menikmati suasana Pantai Pererenan, Badung, Bali, Senin (1/3/2021). ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/aww.

Kita berharap Bali segera bisa bangkit apabila proses vaksinasi berjalan terus setiap hari. Bila sudah terlihat penyebaran COVID-19 melandai, dengan tahapan-tahapan yang nanti akan didesain pemerintah daerah,....


Optimisme Presiden Joko Widodo saat datang ke "pulau pariwisata" Bali pada 16 Maret 2021 agaknya membawa "angin segar" bagi masyarakat Pulau Dewata, apalagi Presiden menyebut "Re-Open Border" Bali melalui serangkaian tahapan yang cukup terpola dan berkesinambungan.

"Re-Open Border" itu akan dimulai dengan tahapan "uji coba" melalui percontohan tiga destinasi "zona hijau" pada Juli 2021 hingga pariwisata Bali dinyatakan "siap" pada 17 Agustus 2021 dan akhirnya Bali akan benar-benar "open" untuk dunia pada Maret 2022.

"Pernyataan Bapak Presiden itu memberikan angin segar bagi pelaku pariwisata di Bali, termasuk para pelaku Penyelenggara Kegiatan (Event) untuk terus berbenah diri dan merapatkan barisan," kata Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Industri Event Indonesia (IVENDO) Bali, Grace Jeanie, kepada pers di Denpasar (19/3/2021).

Kendati Kepala Negara menyebut sebuah syarat untuk itu, yakni angka pertumbuhan COVID-19 semakin terkendali, namun pernyataan Presiden itu cukup melegakan, karena pemerintah tidak tinggal diam, melainkan sudah melakukan langkah-langkah taktis, seperti perluasan program vaksinasi, pengetatan penerapan prokes, bantuan stimulus industri yang besar, dan lain-lain.

Untuk itu, IVENDO Bali menyampaikan sumbangan pemikiran bahwa persiapan "Re-open border" bisa diawali  dengan melakukan simulasi dengan mengundang media asing dan perwakilan negara asing ke Bali, sekaligus melakukan publikasi serta promosi secara gencar untuk menunjukkan kesiapan Bali.

Bahkan, untuk penerapan protokol kesehatan (prokes) juga bukan hanya etalase dengan sosialisasi semata, tapi pelatihan secara masif dan terus-menerus, khususnya di industri pariwisata. "IVENDO siap dilibatkan untuk pelatihan CHSE dengan trainer setingkat ASEAN. Juga, program integrasi konsep sistem pemasaran ekraf," katanya.

Baca juga: Menggali jejak pariwisata Jambi untuk bangkitkan ekonomi

Ia menyebut konsep Bali Travel Fair yang mengombinasikan B2C dan B2B, pemasaran pariwisata Bali melalui program study from Bali, work from Bali, program Meet Bali dengan membawa potential buyers dari EO/PCO luar Bali untuk Bali, program health recovery from Bali, sehat bugar di Bali, Bali Virtual Run, hybrid drive in concert, sinema bawah langit, Bali photo hunting, Bali Visit Year 2022 dan lainnya.

"Yang juga penting adalah bagaimana menggerakkan sektor UMKM, karena itu kami mengusulkan agar menggunakan produk UMKM sebagai produk souvenir kegiatan, baik kegiatan yang diadakan oleh K/L maupun BUMN, serta berbagai dukungan untuk digitalisasi secara terpola dan berkesinambungan," usulnya.

Seperti diungkap IVENDO Bali itu, di balik kunjungan kerja Presiden RI Joko Widodo ke Bali pada 16 Maret 2021 memiliki makna strategis untuk "kebangkitan" Bali yang salah satu caranya disebut dengan program vaksinasi COVID-19 yang terus bergulir.

"Kita berharap Bali segera bisa bangkit apabila proses vaksinasi berjalan terus setiap hari. Bila sudah terlihat penyebaran COVID-19 melandai, dengan tahapan-tahapan yang nanti akan didesain pemerintah daerah, pembukaan sektor ekonomi di Bali mulai dapat dilakukan satu per satu, khususnya sektor pariwisata agar kembali ke posisi normal," ujar Presiden saat meninjau vaksinasi massal di Gianyar, Bali (16/3/2021).

Namun demikian, Presiden mengatakan saat ini masih diperlukan tahapan-tahapan menuju ke sebuah situasi normal. Kepala Negara mengatakan tiga kawasan wisata di provinsi Bali yakni Ubud, Sanur, dan Nusa Dua, akan menjadi percontohan kawasan wisata "zona hijau" (destinasi wisata yang aman dari COVID-19 untuk wisatawan Nusantara dan mancanegara).

Dengan penetapan tiga zona hijau untuk destinasi wisata di Bali akan membuat para turis, baik dari domestik dan luar negeri, merasa aman berlibur di Bali. Sebaliknya, bagi industri wisata dan masyarakat Bali akan aman dan nyaman karena turis yang datang itu sudah bebas COVID-19.

Baca juga: Menparekraf ajak bupati pulihkan pariwisata daerah, pulihkan ekonomi

Presiden Jokowi menambahkan jika tiga destinasi wisata hijau atau bebas COVID-19 itu sudah dibuka untuk turis, tetapi akan terus dipantau dan dievaluasi setiap minggunya. Bagaimana perkembangannya setelah menerima turis akan terus dievaluasi dan dimonitor.

"Saya berharap dengan akan dibukanya tiga destinasi wisata hijau di Bali akan membangkitkan kembali ekonomi dan pariwisata di Bali dan pariwisata secara nasional," kata Presiden didamping Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno, dan Gubernur Bali I Wayan Koster, dan Bupati Gianyar I Made Mahayastra.


Tahapan "optimisme"
Tahapan-tahapan dari "optimisme" Presiden itu juga diungkap Bupati Gianyar I Made Mahayastra setelah mendampingi Presiden Jokowi saat meninjau vaksinasi COVID-19 di Puri Ubud, kabupaten Gianyar (16/3/2021). Tiga zona hijau yang ditetapkan adalah destinasi wisata di Ubud (Gianyar), Sanur (Denpasar), dan Nusa Dua (Badung).

"Wisata zona hijau atau bebas COVID-19 itu akan bisa menerima turis asing atau wisatawan mancanegara (wisman) mulai 17 Agustus 2021. Ini masih tahap uji coba, karena pada Maret 2022 barulah seluruh pariwisata di Bali akan dibuka bagi turis asing," kata Bupati Made Mahayastra.

Menparekraf Sandiaga Uno menyatakan destinasi wisata hijau yang bebas dari COVID-19 itu akan membuat para turis, baik dari domestik dan luar negeri, merasa aman berlibur di Bali. Sebaliknya, bagi industri wisata dan masyarakat Bali akan aman dan nyaman, karena turis yang datang itu sudah bebas COVID-19.

"Bapak Presiden menyatakan tiga destinasi wisata hijau atau bebas COVID-19 itu akan terus dipantau dan dievaluasi setiap minggu. Bapak Presiden menyampaikan bahwa jika semua angka COVID-19 ini bisa terkendali dan teratasi, jika kepatuhan oleh masyarakat tetap disiplin testing, tracing dan isolasi mandiri ditingkatkan, vaksin juga sudah terdistribusi, prediksi beliau bahwa antara bulan Juni dan Juli, InSya-Allah kita akan bangkit kembali," ujarnya.

Menparekraf menambahkan Presiden juga berpesan kepada seluruh pihak untuk dapat menebar harapan dan semangat kepada masyarakat Bali dan masyarakat pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif secara keseluruhan "Hope is on the way, bantuan itu segera hadir, baik dengan langkah-langkah kita, peningkatan vaksinasi maupun program-program pemerintah, stimulus dan bantuan sosial, bantuan pemerintah yang akan kita akan galakkan di tahun 2021," ujarnya.

Baca juga: Duta besar India harap Juni-Juli bisa datangkan turis India ke Bali

Keyakinan serupa juga datang dari Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho. Ia mengatakan akselerasi atau percepatan Bali bisa menyelesaikan vaksinasi COVID-19 dan mencapai kekebalan komunitas 70 persen, akan mendorong wisatawan lebih percaya diri untuk berkunjung atau datang ke Pulau Dewata.

"Dengan pengusaha hotel divaksin, petugas bandara divaksin, dan sebagainya, wisatawan akan lebih merasa aman untuk berwisata ke Bali," katanya di sela kegiatan vaksinasi COVID-19 yang dipusatkan di BNDCC Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Sabtu (13/3/2021).

Menurut Trisno, saat ini orang-orang berduit masih takut untuk berwisata karena mereka belum merasa aman dan nyaman. "Dengan di Jawa dan Bali mendapat prioritas vaksin, harapannya bisa membangkitkan ekonomi juga untuk daerah lainnya di Tanah Air," ucapnya.

Sebelum sampai pada tahap mendatangkan wisatawan mancanegara, tambah Trisno, Bali bisa menggarap potensi wisatawan domestik. Berdasarkan data 10 tahun terakhir, rata-rata per tahun wisatawan dari Tanah Air yang berwisata ke luar negeri itu sekitar 11 juta orang.

"Spending mereka besar juga sekitar 11 miliar dolar AS. Kalau yang 11 juta orang itu bisa ke Bali sekitar 50-60 persen, kan lumayan besar. Terlebih di tengah kunjungan wisdom ke Bali yang masih lemah, per hari dalam Januari-Februari 2021 ini rata-rata 2.500 orang, masih bagus tahun lalu yang sempat 5.000 orang," ucapnya.

Dengan upaya vaksinasi yang terus digenjot, Trisno mengharapkan kunjungan wisatawan ke Bali per hari bisa terkejar hingga 5.000-7.000, sehingga bisa menaikkan pertumbuhan ekonomi yang pada kuartal terakhir 2020 terkontraksi hingga lebih dari 12 persen.

"Kita lihat dampaknya sebulan, dua bulan ini. Hari ini kedatangan wisatawan 4.200 orang, paling tidak harapan saya minggu depan setelah tahu ada berita mengenai vaksinasi ini, kunjungan bisa meningkat," ujarnya.


"Segitiga" pariwisata, pertanian, UMKM/artisan
Belajar dari pengalaman "babak belur" bergantung pada pariwisata, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Bali Putri Suastini Koster berpandangan sektor pariwisata, pertanian dan industri kerajinan/UMKM (artisan/kerajinan) harus saling menopang di Pulau Dewata agar ekonomi Bali bisa tetap bangkit.

"Apabila dulu sektor pariwisata bergeliat dengan datangnya wisatawan dari luar, maka untuk ke depan, kita semua harus bersama menjaga sektor di luar ataupun yang dari dalam," kata Putri Koster pada pembukaan Karya Kreatif Indonesia Tahun 2021 Seri-1 di Kuta, Badung, Rabu (3/3/2021).

Baca juga: Menhub: Peresmian dua bandara dukung sektor pariwisata

Istri Gubernur Bali itu menambahkan, menggeliatnya ekonomi yang besar dimulai dari menggeliatnya ekonomi yang kecil, dan ketika masa pandemi ini agaknya UKM dan IKM layaknya "cahaya lilin" yang berada di tengah kegelapan. Pameran "Karya Kreatif Indonesia" yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia secara serentak pada 3-5 Maret 2021 merupakan momentum untuk mengingatkan, terutama pada anak bangsa bahwa wajib untuk melestarikan dan mengembangkan warisan leluhur berupa karya seni, seni rupa, serta seni kerajinan yang terangkum ke dalam budaya adat.

"Bali itu harus kuat layaknya segitiga sama sisi (sektor pariwisata, sektor pertanian dan sektor industri kerajinan/ UMKM/artisan), semua harus saling menopang. Apabila ada satu yang melemah, maka dua lainnya harus kuat, sehingga Bali akan tetap bangkit dan berdiri tegak," ucapnya dalam acara yang dihadiri Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Rizki Ernadi Wimanda.

Dengan mengangkat tema "Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia dan Gerakan Berwisata Indonesia" diharapkan mampu mengingatkan semuanya bahwa Bali adalah bagian dari Indonesia, sudah sepatutnya  bangga menggunakan produk seni dan karya perajin lokal.

"Indonesia merupakan negara yang paling banyak mempunyai karya seni, sehingga kita sebagai generasi penerus wajib dan bertugas untuk mengembangkannya, tetapi jangan sampai punah akibat salah pola atau salah sistem," ujar Putri Koster di sela-sela pameran Karya Kreatif Indonesia seri 1 Tahun 2021 yang diikuti 17 peserta UMKM (8 UMKM produk kain tenun, 5 UMKM produk kriya dan 4 UMKM produk makanan) itu.

Apalagi, UMKM dalam bidang artisan (kerajinan tangan) agaknya cukup potensial untuk Bali, bahkan sejumlah artisan dari pulau "sepotong surga di Bumi" itu telah dilirik dan "dicuri" warga asing untuk dipasarkan di luar negeri dengan merek asing, sehingga masyarakat Bali hanya berkarya tapi keuntungan diambil pihak asing, seperti kerajinan sepatu, tas, dan artisan lainnya yang diproduksi di Bali, tapi "dijual" di luar negeri dengan "kepemilikan" oleh warga asing.

Sektor lain yang juga penting untuk Pulau Dewata adalah pertanian. "Bali sangat terpuruk karena ketergantungan pada sektor pariwisata, sementara daerah lain lebih tahan," kata Wagub Bali saat membuka kegiatan Apresiasi dan Evaluasi Kinerja Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) 2019 dan Rakorwil TPID Bali Nusra 2020 di Ubud, Gianyar (12/11/2020).

Menurut Wagub Bali yang juga Guru Besar ISI Denpasar itu, kondisi pandemi perlu dijadikan bahan evaluasi untuk menggenjot sektor alternatif selain pariwisata. Salah satu sektor alternatif yang harus digarap lebih serius adalah pertanian dengan pemanfaatan teknologi.

Ya, 54 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Bali saat ini bersumber dari sektor pariwisata, sehingga Bali kehilangan devisa hingga Rp9,7 triliun setiap bulan, atau mengalami kontraksi yang lebih dalam dibandingkan kontraksi pertumbuhan ekonomi secara nasional, karena Pulau Dewata sudah saatnya mengembangkan tiga sektor secara seimbang yakni pariwisata, pertanian, dan UMKM/artisan.


 

Pewarta: Edy M Yakub/Ni Luh Rhismawati/Naufal Fikri Yusuf
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021