Ahli epidemiologi dari Universitas Andalas di Sumatera Barat Defriman Djafri Ph.D mengatakan kemampuan varian baru dari virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19, N439K asal Skotlandia, untuk menghindari antibodi dapat berdampak pada efektivitas vaksinasi COVID-19.N439K mampu menyiasati atau menghindari antibodi
"N439K mampu menyiasati atau menghindari antibodi dan ini akan berdampak terhadap vaksinasi ke depan," ujar Defriman saat dihubungi ANTARA, Jakarta, Jumat.
Defriman menuturkan kemampuan menghindari antibodi itu bisa menjadi suatu tantangan bagi program vaksinasi ke depan.
"Bisa saja varian ini tidak mempan terhadap vaksin yang ada saat sekarang," ujarnya.
Menurut Defriman, efikasi vaksin harus dievaluasi secara berkala. Epidemiologi genetik perlu mengkaji secara detail bagaimana varian virus itu dengan faktor risiko genetik dan interkasi terhadap lingkungan.
Baca juga: Vaksinasi perlu dipercepat sebelum virus bermutasi
Baca juga: Setahun COVID-19, dua kasus mutasi virus baru ditemukan di Indonesia
Selain itu, Defriman mengatakan perlu terus melakukan surveilans genom dan pemantauan mutasi virus.
Penelitian untuk pengurutan genom menyeluruh (whole genome sequencing) virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 harus segera dirampungkan di Indonesia agar peta varian virus dan genom bisa diurutkan.
Yang penting juga adalah menerapkan protokol kesehatan sebagai fondasi dalam menghadapi pandemi yang panjang ini.
Perilaku atau kebiasaan baru (new habit) perlu dibangun dan konsisten diterapkan untuk menghadapi mutasi virus tersebut.
Baca juga: LIPI sebut peningkatan monitor mutasi virus bisa dengan WGS
Baca juga: Kemenkes: Mutasi N439K belum peroleh perhatian khusus WHO
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021