• Beranda
  • Berita
  • Megawati: Indonesia memiliki teknik wastra terlengkap di dunia

Megawati: Indonesia memiliki teknik wastra terlengkap di dunia

27 Maret 2021 20:06 WIB
Megawati: Indonesia memiliki teknik wastra terlengkap di dunia
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri pada pagelaran "An Exotic Journey to Nusantara" karya desainer Samuel Wattimena yang digelar secara virtual di Jakarta, Sabtu (27/3/2021). ANTARA/Handout PDIP/aa.

Sepanjang sejarahnya, perkembangan batik Indonesia dipengaruhi juga oleh para pedagang asing dan juga pendatang

Presiden ke-5 Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri mengingatkan Indonesia memiliki teknik wastra atau teknik kain tradisional yang berkaitan dengan sejarah terlengkap di dunia.
 
Megawati Soekarnoputri di Jakarta, Sabtu, mengatakan wastra nusantara setiap helai benang, bubuhan motifnya adalah karya yang memiliki ciri khas, simbol, warna, ukuran hingga material yang digunakan dari hulu ke hilir dipengaruhi kultur sosial masyarakat Indonesia, seperti sistem pengetahuan, budaya, lingkungan, kepercayaan, dan lambang strata sosial.
 
"Indonesia memiliki teknik wastra atau kain tradisional terlengkap di dunia, dan nenek moyang kita berhasil membuatnya menjadi identitas nusantara, seperti batik, songket, sulam, ikat, tapis, dan lainnya, banyak, banyak lainnya," kata Megawati.
 
Ketua Umum PDI Perjuangan ini pada pagelaran An Exotic Journey to Nusantara karya desainer Samuel Wattimena yang digelar secara virtual menyinggung salah satu fesyen yakni batik, perajinnya telah tumbuh subur di berbagai daerah. Menurutnya, dari tahun ke tahun batik selalu mengalami perkembangan.
Sekitar abad ke-17, motif batik didominasi bentuk hewan dan tanaman, kemudian berkembang pada motif menyerupai awan serta relief candi. Berkembangnya kesenian batik meluas di Indonesia setelah akhir abad ke-18 atau awal abad ke-19.
 
Lalu kata dia pada akhir abad ke-19 muncul batik saudagar di Kerajaan Surakarta dan Yogyakarta. Ciri batik saudagar mudah dikenali lewat ornamen klasik yang dimodifikasi sesuai selera.
 
Beberapa masa setelahnya, muncul desain batik khas kota-kota pesisir utara Jawa, termasuk Pekalongan, dan Cirebon. Desain tersebut menunjukkan pengaruh Cina lewat penggunaan warna-warna cerah, bunga, dan motif awan.
 
"Sepanjang sejarahnya, perkembangan batik Indonesia dipengaruhi juga oleh para pedagang asing dan juga pendatang. Beberapa sumber menyebutkan batik Indonesia mencapai puncak kreativitasnya pada 1890 hingga 1910. Pada zaman tersebut telah muncul batik Belanda, batik China, atau batik Hokokai," kata Megawati.
 
Sekitar 1955, Presiden Sukarno mendorong terciptanya gaya baru batik, yaitu Batik Indonesia. Bung Karno menginginkan batik yang menampilkan nilai seni budaya sebagai jati diri bangsa sekaligus menyuarakan pesan persatuan Indonesia.

Baca juga: Samuel Wattimena yakinkan generasi muda nproduk lokal bisa mendunia
 
Pada waktu itu, Ibu Sud, Go Tik Swan, seorang penari yang kemudian menjadi pengusaha batik di Surakarta diminta Bung Karno untuk membuat Batik Indonesia.
 
"Akhirnya ditemukanlah bahwa batik Indonesia adalah perpaduan batik klasik dan batik pasisiran, perpaduan batik klasik berwarna cokelat hitam dan kebiruan, sedang batik pasisiran yang kaya warna," kata Megawati.
 
Batik Indonesia dikembangkan menggunakan warna-warna cerah. Kemudian beberapa desain baru muncul, seperti cendrawasih, sandang pangan, udang.
 
"Bung Karno menginginkan desain batik Indonesia tersebut mencerminkan penggabungan rasa persatuan, nasionalisme dan romantisme, yang mampu mendukung proses 'nation building'," kata Megawati.
 
Akhirnya, batik menjadi warisan budaya dunia milik Indonesia setelah ditetapkan oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009. Bahkan, Pemerintah Indonesia pun menjadikan 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional yang selalu diperingati setiap tahunnya.
 
Megawati menyadari arus global tidak terhindarkan. Namun, dengan karakter kuat sebagai bangsa, Indonesia dapat menjaga kebudayaan nusantara, kebudayaan Indonesia.
 
"Seperti yang kita lihat saat ini, bagaimana kekayaan wastra Nusantara tidak kehilangan ciri khas dan karakternya. Meski dalam perjalanannya terpengaruh sentuhan budaya lain, justru itulah yang menambah kekayaan wastra Nusantara sebagai satu wadah percampuran kebudayaan dunia," katanya.

Baca juga: Merawat fesyen batik tetap eksis di tengah pandemi

Baca juga: Motif batik COVID-19 tercipta selama isolasi mandiri

Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2021