"Kami sedang memproduksi protein dalam jumlah yang mencukupi untuk uji preklinis," kata Kepala Laboratorium Rekayasa Genetika Terapan LIPI, Wien Kusharyoto saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.
Peneliti dari Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI itu menuturkan LIPI saat ini tengah melakukan proses penelitian pembuatan vaksin yang telah dimulai sejak Juni 2020. LIPI mengembangkan bibit vaksin Merah Putih dengan platform protein rekombinan fusi.
Menurut Wien, jika uji coba ke hewan itu berhasil, akan berlanjut pada tahap uji klinis ke manusia.
Baca juga: LIPI sebut vaksin COVID-19 penting untuk jaga tubuh tidak jatuh sakit
Baca juga: LIPI targetkan menyerahkan bibit vaksin Merah Putih pada awal 2022
Proses pembuatan bibit vaksin diawali dengan mendesain sandi protein dan gen penyandinya berbasis pada sekuen dan struktur protein spike dari virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.
Setelah itu, dilakukan transfeksi gen ke dalam sel, lalu dilanjutkan dengan membiakkan sel agar memproduksi protein rekombinan kandidat vaksin. Sel yang digunakan oleh LIPI adalah sel CHO (Chinese Hamster Ovary) yang tahapan prosesnya mirip dengan proses produksi vaksin Sinovac.
Pada tahapan pembuatan vaksin Sinovac, virus penyebab COVID-19 dikembangbiakkan menggunakan sel Vero. Di dalam sel tersebut, virus dapat memperbanyak diri.
Setelah memperbanyak diri, virus akan keluar dari sel dan dapat dipanen. Setelah dipanen, virus kemudian diisolasi dan dimurnikan dari komponen-komponen yang mengganggu. Selanjutnya, virus dimatikan. Caranya pun beragam, salah satunya dengan menggunakan bahan kimia.
Kemudian, pemurnian dilakukan berulang agar diperoleh bahan vaksin. Agar fungsinya meningkat, bahan vaksin akan ditambahkan komponen lain (adjuvan).
Uji klinis tahap 3 vaksin Sinovac di Indonesia telah dilakukan pada kelompok umur 18-59 tahun.
Seperti vaksinasi pada umumnya, vaksinasi COVID-19 juga dapat menimbulkan efek samping. Efek samping vaksin Sinovac dapat berupa efek lokal di tempat yang disuntik seperti gatal-gatal, kemerahan, pembengkakan; atau efek sistemik seperti pusing, mual atau demam ringan.
Namun, dari hasil dari pemantauan sejauh ini, efek samping vaksin Sinovac masih tergolong ringan atau tidak ada sama sekali.
Baca juga: Lansia perlu vaksinasi memperkuat kekebalan tubuh lawan COVID-19
Baca juga: LIPI sarankan vaksinasi COVID-19 fokus daerah laju infeksi tinggi
Dalam tahapan vaksinasi, nantinya akan ada dua kali penyuntikan vaksin. Selain itu, dalam beberapa kasus biasanya terbentuknya antibodi baru mencapai puncak setelah sekitar dua minggu hingga satu bulan penyuntikan. Masyarakat diimbau untuk berhati-hati dan waspada dengan tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan.
Wien menuturkan tetap perlu mematuhi protokol kesehatan meskipun telah divaksinasi, setelah beberapa tahap penyuntikan vaksin. Respons tubuh terhadap vaksin berbeda tiap orang, sehingga tetap harus berhati-hati, karena sejauh ini belum diketahui secara persis berapa lama vaksin tersebut bisa melindungi.
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021