"Sejauh ini, kita konsisten menggunakan vaksin Sinovac, dan tegas secara pribadi saya menolak Astrazeneca," kata dia di Gorontalo, Selasa.
Penolakan tersebut katanya, karena belajar dari Sulawesi Utara dalam penggunaan vaksin Astrazeneca berdampak pada tingginya kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI).
Baca juga: Kadinkes Jatim: Dosis kedua vaksin AstraZeneca setelah delapan pekan
Dengan penggunaan vaksin Sinovac, kondisi itu tidak ditemukan di kabupaten ini selain banyak peserta vaksinasi yang takut alias phobia pada jarum suntik.
Rizal menegaskan tidak ingin ada KIPI menonjol, maka vaksinasi COVID-19 di daerah itu aman dan halal hanya menggunakan vaksin Sinovac.
Baca juga: Pakar jelaskan produksi AstraZeneca tanpa bahan hewani
Namun memang kata dia lagi, belum ada vaksin merk lain yang masuk ke daerah itu selain Sinovac.
Ia berharap, tidak ada pendapat atau pandangan menyimpang terhadap maksud penolakan Astrazeneca, sebab pemerintah daerah sangat mendukung pelaksanaan program vaksinasi COVID-19 yang terus berlangsung di seluruh Puskesmas dan rumah sakit.
Baca juga: Efek samping pada vaksinasi COVID-19 adalah wajar
Data Dinas Kesehatan setempat, total penggunaan vaksin Sinovac di daerah itu mencapai 4.210 dosis terdiri dari 1.760 dosis untuk tenaga kesehatan yang telah tuntas vaksinasi dua tahap.
Serta 2.450 dosis untuk pelayan publik dan lanjut usia (lansia) untuk tahap satu. Sisanya akan diperuntukkan untuk tahap dua yang sebentar lagi segera dilakukan.
Ia mengatakan, vaksinasi COVID-19 di daerah itu terus berlangsung dan sementara bergulir termasuk untuk 500 orang guru honorer yang pelaksanaannya di 14 Puskesmas dan 1 rumah sakit.
Pewarta: Susanti Sako
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2021