Dia berpendapat perkembangan konten yang tidak mendidik justru semakin masif, dan jika tidak diantisipasi bisa mempengaruhi perkembangan anak-anak dan remaja.
"Banyak sekali konten yang kurang mendidik. Para konten kreator atau pemilik akun, hanya menjadikan media sosialnya sebagai hiburan semata. Sangat jauh sekali dari nilai edukatif. Hal itu sangat mengkhawatirkan untuk perkembangan jiwa anak-anak dan remaja," katanya, dikutip dari siaran resmi, Selasa.
Senator asal Jawa Timur itu memberi contoh bagaimana anak-anak di Tangerang yang terlindas truk hanya untuk membuat konten. Ia mengaku miris karena anak-anak meregang nyawa untuk sesuatu hal yang tidak jelas.
"Hal ini sudah pada taraf yang membahayakan jiwa bagi anak yang membuat konten dan juga yang menonton konten. Apalagi banyak orang tua yang tidak terlalu mengawasi tontonan anaknya," ujarnya.
Baca juga: Kolaborasi dan teknologi tunjang PJJ bagi anak penyandang disabilitas
Baca juga: Indonesia berpartisipasi dalam literasi digital di ASEAN
Alumnus Universitas Brawijaya Malang itu menilai perlu adanya literasi digital untuk anak-anak dan remaja dengan konten yang mendidik. Literasi digital dibutuhkan sebelum permasalahan makin meluas pada ranah lainnya.
"Literasi digital dapat masuk kurikulum muatan lokal. Namun, tentunya hal ini pun harus dipahami oleh guru dan orang tua. Keterlibatan kedua komponen ini merupakan faktor terpenting," jelasnya.
Pria yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum Kadin Jawa Timur itu menambahkan, media sosial sangat dekat dengan anak dan remaja.
"Kanal media ini sangat penting bagi mereka. Oleh karena itu, bekal literasi digital sudah hal yang urgent agar tidak mencelakakan nyawa mereka dan juga masa depan anak-anak bangsa," katanya.
Baca juga: Kominfo terus gencarkan literasi digital untuk lawan hoaks
Baca juga: Kemendes: Literasi digital masyarakat desa buka ekonomi baru
Baca juga: Kiat orang tua dampingi anak penyandang disabilitas jalani PJJ
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021