• Beranda
  • Berita
  • Saham Asia diperkirakan naik, fokus bergeser ke PMI China, imbal hasil

Saham Asia diperkirakan naik, fokus bergeser ke PMI China, imbal hasil

31 Maret 2021 08:16 WIB
Saham Asia diperkirakan naik, fokus bergeser ke PMI China, imbal hasil
Dokumentasi - Seorang pejalan kaki yang memakai masker pelindung tercermin di layar yang menampilkan nilai tukar yen Jepang terhadap dolar AS dan harga saham di broker, di tengah wabah penyakit virus corona (COVID-19), di Tokyo, Jepang 6 November 2020. ANTARA/REUTERS/Issei Kato

Ekspektasi yang lebih optimistis di Asia juga mencerminkan prospek pemulihan yang meningkat....

Saham-saham Asia diperkirakan lebih tinggi pada Rabu, ketika saham-saham keuangan global mengoreksi kembali beberapa kerugian mereka baru-baru ini, sebagian didorong oleh imbal hasil obligasi yang lebih tinggi, dan investor menunggu survei aktivitas pabrik (PMI) China yang dipantau ketat.

Sementara itu Wall Street berakhir lebih rendah karena imbal hasil membebani saham sektor teknologi, saham keuangan naik, keuntungan mereka dibantu oleh tanda-tanda kejatuhan dari kehancuran hedge fund Archegos akan relatif terkendali.

Ekspektasi yang lebih optimistis di Asia juga mencerminkan prospek pemulihan yang meningkat. Indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur China, yang akan dirilis pada Rabu, diperkirakan sedikit lebih tinggi pada Maret karena ekonomi terbesar kedua di dunia terus dibuka kembali.

Baca juga: Saham Asia bakal naik, kekhawatiran kegagalan "hedge fund" berkurang

Pada awal perdagangan Asia, indeks berjangka S&P/ASX 200 Australia naik 0,84 persen, sementara indeks berjangka Hang Seng Hong Kong naik 0,43 persen, indeks berjangka Nikkei 225 Jepang turun 0,29 persen.

Di AS, kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah membebani perusahaan-perusahaan terkait teknologi yang mendapat keuntungan dari suku bunga rendah, sementara saham-saham finansial, industri dan konsumen menguat.

Harga obligasi telah jatuh di tengah kekhawatiran bahwa inflasi mungkin meningkat akibat stimulus AS dan pembukaan kembali ekonomi dimungkinkan oleh vaksinasi. Tapi Ryan Felsman, ekonom senior di CommSec di Sydney, mengatakan gambaran inflasi masih tampak jinak.

"Saya tidak yakin dengan perdagangan reflasi," katanya.

Baca juga: Wall Street merosot terseret teknologi, Dow terpangkas 104,41 poin

Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang dijadikan acuan, mencapai tertinggi 14-bulan di 1,776 persen pada awal perdagangan Selasa, tetapi berada di sekitar 1,717 persen pada sore hari di New York.

Faktor-faktor itu membayangi berita bahwa taruhan buruk di Archegos Capital Management yang berbasis di New York membuat bank-bank yang mendanai perdagangannya mengalami kerugian setidaknya 6 miliar dolar AS.

Sementara itu kehancuran Archegos Capital Management menarik pengawasan dari regulator, itu tidak diatur secara langsung karena mengelola kekayaan pribadi mantan manajer hedge fund Bill Hwang sebagai kantor satu keluarga.

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 0,31 persen, S&P 500 kehilangan 0,32 persen dan Komposit Nasdaq turun 0,11 persen.

Baca juga: Saham Inggris "rebound", indeks FTSE 100 ditutup bangkit 0,53 persen

Dolar naik ke level tertinggi satu tahun terhadap yen dan menguat terhadap mata uang utama lainnya karena meningkatnya distribusi vaksin AS dan rencana Presiden Joe Biden untuk membelanjakan hingga 4 triliun dolar AS untuk infrastruktur.

Pada awal perdagangan Asia, yen Jepang menguat 0,01 persen versus dolar menjadi 110,33 per dolar.

Minyak mentah Brent turun 84 sen atau 1,3 persen menjadi 64,14 dolar AS per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mengakhiri sesi turun 1,01 dolar AS atau 1,6 persen menjadi 60,55 dolar AS per barel.
 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021