Pasar saham Asia diprediksi naik tipis

1 April 2021 07:29 WIB
Pasar saham Asia diprediksi naik tipis
Dokumentasi - Pejalan kaki dan tanda berhenti lampu lalu lintas tercermin di papan kutipan di Tokyo, Jepang 26 Februari 2021. ANTARA/REUTERS/Kim Kyung-Hoon
Pasar saham Asia diprediksi menguat tipis pada perdagangan Kamis, setelah perusahaan-perusahaan teknologi besar reli di Wall Street dan Presiden Joe Biden mengumumkan rencana investasi infrastruktur multi triliun dolar AS.

Sementara dolar mencapai tertinggi satu tahun terhadap yen dan puncak multi bulan terhadap mata uang lainnya karena investor bertaruh stimulus fiskal AS dan vaksinasi agresif akan membantu Amerika Serikat memimpin pemulihan pandemi global.

Saham-saham teknologi kemungkinan akan mendorong saham Australia lebih tinggi setidaknya pada awal perdagangan Kamis di Asia, tetapi optimisme dapat didinginkan oleh kekhawatiran tentang inflasi dan suku bunga.

Indeks berjangka S&P/ASX 200 Australia naik 0,28 persen pada awal perdagangan, sementara indeks berjangka Hang Seng Hong Kong naik 0,81 persen dan indeks berjangka Nikkei 225 Jepang turun 0,10 persen.

Saham-saham teknologi besar melonjak di Wall Street saat Apple Inc, Microsoft Corp, Amazon.com Inc, Tesla Inc dan Facebook Inc naik.

Indeks Komposit Nasdaq melonjak 201,48 poin atau 1,54 persen, menjadi 13.246,87 poin. S&P 500 naik 14,34 poin atau 0,36 persen ke puncak baru 3.972,89 poin. Namun, indeks Dow Jones Industrial Average turun 85,41 poin atau 0,26 persen menjadi 32.981,55 poin

Rencana Biden senilai 2 triliun dolar AS untuk menciptakan perumahan yang lebih terjangkau, membangun kembali jalan, jembatan, dan rel kereta api serta memberikan insentif untuk kendaraan listrik, yang diluncurkan pada Rabu (31/3/2021), menghadapi kesulitan berat di Kongres AS, di mana Partai Demokrat memegang mayoritas tipis.

Ukuran stimulus lebih lanjut ini mungkin sudah diperkirakan, kata Mark Hampton, penasihat investasi di Hamilton Hindin Greene di Wellington.

Penguatan ekonomi adalah "sedikit kabar baik yang menjadi berita buruk ... membuat orang bertanya-tanya berapa lama kita akan hidup di lingkungan dengan tingkat suku bunga rendah dan inflasi rendah," katanya.

Meskipun imbal hasil obligasi menurun dalam perdagangan AS, perubahan tersebut terutama terjadi pada penyeimbangan kembali portofolio. Imbal hasil telah jauh lebih tinggi, dengan imbal hasil 10 tahun di jalur untuk kenaikan kuartalan terbesar sejak kuartal keempat 2016.

Indeks dolar turun 0,038 persen, dengan euro turun 0,03 persen menjadi 1,1725 dolar AS. Yen Jepang melemah 0,01 persen versus greenback di 110,71 yen per dolar.

Baca juga: Pasar saham Asia bakal tertekan setelah Wall Street dan minyak jatuh
Baca juga: Saham Asia diprediksi menguat ketika pasar obligasi kembali tenang
Baca juga: Bursa saham Asia dibuka menguat, kebijakan Fed tenangkan pasar

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021