"Pastikan siapapun benar-benar mau berusaha mengenali dirinya sendiri dengan mendalam. Pahami segala kelebihan dan kelemahan yang dimiliki karena kita manusia biasa tidak akan sempurna 100 persen tapi kita pasti punya potensi yang bisa dikembangkan," tutur dia saat dihubungi ANTARA belum lama ini.
Hal senada diungkapkan psikolog klinis dewasa Nirmala Ika. Dia mengatakan, setelah mengenali dan mencintai diri Anda bisa mengelola emosi-emosi yang dimiliki.
Saat Anda sudah bisa melakukannya, biasanya Anda sudah tidak akan peduli dengan perundungan orang lain karena sudah merasa penuh dan cukup sehingga tidak perlu lagi mencari validasi dari orang lain.
Baca juga: Hindari tindakan reaktif saat dicurhati masalah mental
"Ini memang sebuah proses yang panjang dan perlu ketelatenan untuk merawat diri sendiri," kata Ika saat dihubungi dalam kesempatan terpisah.
Pentingnya mencintai diri juga sebenarnya digaungkan grup idola K-pop Bangtan Sonyeondan (BTS) melalui lagu "Love Myself" yang salah satu liriknya You've shown me I have reasons, I should love myself.
Mereka juga melakukan kampanye "Love Myself" bersama UNICEF sejak tahun 2017 dan memperbaharui kerja sama pada tahun ini dengan tujuan menyebarkan cinta dan kebersamaan, terutama pada masa isolasi sosial seperti saat ini.
“Kami sangat tersentuh dan bersyukur kampanye 'Love Myself' kami yang dimulai dengan langkah-langkah kecil, kini ditingkatkan menjadi kemitraan yang lebih besar. Kami juga berusaha keras untuk mencintai diri kami," kata pemimpin BTS, RM.
Selain itu, gandenglah orang-orang terdekat Anda untuk menjadi support system dan ingatlah Anda tidak bisa selalu memuaskan ekspektasi apalagi opini orang lain.
Menurut Tala, saat ada yang tidak sepakat dengan Anda, ini hal biasa dan yang terpenting dalam hidup Anda ialah memegang nilai-nilai dan prinsip hidup serta punya tujuan hidup agar bisa bertahan.
Penelitian menunjukkan, setiap orang sebenarnya akan berhadapan denga masalah dan kondisi yang membuat stres dan depresi. Hanya saja terkadang, ada orang yang mengabaikannya sehingga saat ada orang lain yang mengalami hal serupa, dia cenderung mengharuskan orang lain abai juga dengan kondisinya.
"Jadi ya muter-muter di situ aja. Akhirnya orang yang depresi dianggap sepele. Alih-alih mau meningkatkan lagi rasa percaya diri mereka malah membuat mereka down kembali," kata Tala.
Di sisi lain, seseorang dengan masalah mental terkadang sulit untuk terbuka dan menjalani konseling, karena khawatir dengan penilaian masyarakat yang menganggap konsultasi ke psikolog atau psikiater hanya dilakukan untuk kondisi sakit jiwa.
"Jadi yang perlu dibenahi sebetulnya pemahaman tentang kesehatan mental itu apa sehingga orang enggak menyepelekan lagi orang lain yang mengalami masalah kesehatan mental," demikian kata Tala.
Baca juga: Bolehkah ceritakan masalah kesehatan mental ke orang lain?
Baca juga: Jauhi depresi, cari lingkungan pertemanan sehat dan kuatkan diri
Baca juga: Cara membedakan rasa sedih biasa dengan gangguan mental
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021