Pemerintah kota Padang bertekad menekan angka stunting atau keterlambatan tumbuh kembang bayi yang saat ini berada pada angka 11,5 persen, kata pejabat berwenang.Pada tahun 2021 ini pemerintah pusat menetapkan Padang sebagai lokus stunting karena diperkirakan angkanya naik akibat pandemi COVID-19.
"Saat ini Kota Padang berada di level 11,5 persen. Angka tersebut memang cukup jauh dari yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai daerah rawan stunting yakni 20 persen,"kata Kepala Dinas Kesehatan Padang dr Ferimulyani Hamid, M.Biomed, di Padang, Minggu.
Menurut dia pada tahun 2021 ini pemerintah pusat menetapkan Padang sebagai lokus stunting karena diperkirakan angkanya naik akibat pandemi COVID-19.
Feri menyebutkan saat ini terdapat 16 lokus stunting di Padang yang berada di beberapa kelurahan.
Ia melihat penyebab stunting tidak terlepas dari banyak faktor, mulai dari ekonomi, sanitasi, serta taraf kehidupan masyarakat.
Selain itu, menurut Ferimulyani Hamid , perlu penguatan payung hukum seperti peraturan daerah (perda) atau peraturan walikota (perwako) untuk mencegah stunting ke depan.
Sementara Kepala Bappeda Kota Padang Medi Iswandi menilai anak stunting cukup sulit didapat data dan informasinya saat ini.
"Karena itu dibutuhkan aplikasi yang berisi data nama dan alamat dan masalah anak stunting di Padang. Dengan data lengkap tersebut nantinya Dinkes akan mudah mendatangi dan memberi edukasi tentang stunting," katanya.
Selain itu untuk perlu dilakukan melakukan pendataan ulang warga, dan memperbarui data kependudukan.
Sementara di Kepala Puskesmas Andalas dr Mela Aryat menambahkan jajarannya telah menggagas aplikasi untuk memantau kondisi kesehatan warga berbasis android.
"Kami membuat aplikasi untuk menghimpun berat badan dan data tumbuh kembang anak," katanya.
Aplikasi tersebut diberi nama "Ayo Ceting", singkatan dari Ayo Cegah Stunting yang dapat memantau tumbuh kembang anak, hingga fitur edukasi soal anak yang sesuai standar Kementerian Kesehatan.
Menurut dia selama ini ibu muda juga kerap mencari sendiri bagaimana soal pola makan anak dan lainnya sehingga dikhawatirkan tidak akurat.
Pada aplikasi yang dapat diunduh di Google play tersebut ada isian data berat badan dan tinggi anak.
Jika berat dan tinggi bermasalah akan muncul peringatan yang langsung ke luar opsi diminta mendaftar ke puskesmas terdekat.
Pada aplikasi itu juga langsung terhubung dengan petugas gizi masing-masing puskesmas.
Aplikasi Ayo Ceting pertama kali dibuat pada 2019 dan ketika itu angka stunting terbilang tinggi di atas rata-rata kota Padang yaitu sekitar 20 persen.
Setelah aplikasi dibuat terjadi penambahan data stunting karena selama ini ada yang tidak terlacak.
"Alhamdulilah pada akhir 2020 gizi buruk sudah nol kasus dari awalnya sempat terdata sembilan kasus," kata dia.
Ternyata dari sembilan kasus gizi buruk tersebut masalahnya bukan kemiskinan melainkan pola asuh.
"Yang mau dimakan ada tapi mengolahnya salah dan waktu makan," demikian Mela Aryat.
Baca juga: Akademisi: Pemberian gizi tepat dapat cegah kekerdilan sejak dini
Baca juga: Puskesmas di Padang ciptakan aplikasi "Ayo Ceting" cegah stunting
Baca juga: IGI: Perlu pelibatan banyak pihak cegah kekerdilan
Baca juga: Akademisi: Prevalensi stunting di Tanah Datar capai 43,18 persen
Pewarta: Ikhwan Wahyudi
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021