Penilaian dilakukan oleh dewan juri yang terdiri dari Viky Sianipar (musisi), Mia Ismi (Musisi), Astrid Lea (Musisi), Budi Dalton (Akademisi Musik), Mohammad Amin (Etnomusikolog/Direktur Industri Kreatif Musik, Seni Pertunjukan, dan Penerbitan Kemenparekraf/Baparekraf) serta Helmy Yahya (juri tamu).
Baca juga: Kemenparekraf siapkan lomba musik daring bantu musisi dapat stimulus
Kepala Biro Komunikasi Kemenparekraf/Baparekraf, Agustini Rahayu, saat membuka acara penjurian mengapresiasi antusiasme komunitas musik di berbagai daerah di tanah air yang telah ikut serta. Tercatat total ada 419 komunitas yang mendaftar.
Setelah dilakukan seleksi administratif, terdapat 260 karya yang berhak untuk diseleksi oleh juri internal hingga akhirnya terpilih 50 karya. Dan hari ini, 50 karya tersebut dinilai oleh dewan juri untuk ditentukan 15 karya terbaik.
Sebanyak 15 karya terbaik tersebut nantinya akan dipilih kembali menjadi 5 finalis yang berhak untuk tampil di panggung spektakuler guna memperebutkan hadiah utama.
"Kegiatan ini sejatinya adalah salah satu upaya Kemenparekraf dalam pengembangan komunitas pariwisata dan ekonomi kreatif yang mengajak komunitas sebagai salah satu unsur pentahelix dalam pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif untuk terus berkreasi, berinovasi, dan beradaptasi di tengah pandemi COVID-19. Kali ini programnya adalah semangat berkarya melalui seni musik. Dan terbukti karya-karya yang masuk sangat luar biasa," kata Agustini Rahayu di Yello Hotel Harmoni, Selasa (6/4), dikutip dari siaran resmi.
Ia mengatakan, keragaman budaya salah satunya musik menjadi kekuatan bangsa Indonesia. Setiap daerah memiliki kekhasan musik masing-masing, yang jelas merupakan kekuatan daya tarik bagi suatu destinasi.
"Karya dari para komunitas ini menjadi bukti otentik akan keragaman yang dimiliki bangsa Indonesia. Tentunya kami tidak akan berhenti untuk terus menggandeng komunitas dalam membangkitkan kembali sektor pariwisata dan ekonomi kreatif," kata Agustini Rahayu.
Hal senada dikatakan Direktur Industri Kreatif Musik, Seni Pertunjukan, dan Penerbitan Kemenparekraf/Baparekraf, Mohammad Amin yang juga jadi Ketua Dewan Juri Lomba Karya Musik Anak Komunitas. Ia menilai karya musik dari para komunitas menunjukkan besarnya potensi dari komunitas dalam memperkaya seni musik tanah air.
"Melihat karya-karya yang ada, saya bisa mengambil dari teori Benedict Anderson tentang Imagined Community. Bahwa teman-teman komunitas itu membayangkan Indonesia dengan memasukkan banyak unsur dalam satu lagu," kata Amin.
Namun hal tersebut perlu diimbangi dengan komposisi yang baik karena di dalam musik terdapat ilmu komposisi dalam balutan tema tertentu.
"Terkadang mereka agak berlebih dan tidak mampu menahan diri dan memasukkan unsur-unsur yang lain. Padahal komposisi membuat lagu adalah persoalan bagaimana membuat sesuatu itu menjadi pas," kata Amin.
Amin yang juga seorang Etnomusikolog ini mengatakan, ke depan diperlukan pendampingan bagi komunitas dalam membuat karya. "Potensi yang begitu besar ini harus kita ikuti dengan workshop bagi para komunitas ini," kata Amin.
Sementara Helmy Yahya sebagai juri tamu juga antusias untuk bisa turut serta dalam lomba ini. Ia melihat antusiasme yang tinggi dari komunitas untuk menghasilkan karya-karya terbaik.
"Saya bersama teman-teman juri akan bekerja keras dalam mengapresiasi karya-karya terbaik dari Komunitas yang berpartisipasi,” kata Helmy Yahya.
Baca juga: Ciptakan ekosistem baru, Kemendikbud gelar lomba lagu anak
Baca juga: Lagu Batak Sik Sik Sibatumanikam jadi musik pengiring Indonesia Menari
Baca juga: Paduan Suara Gitabumi Voices raih penghargaan di Barcelona
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021