• Beranda
  • Berita
  • Pengelola PLTU Jawa 9 &10 komitmen terhadap pemeliharaan lingkungan

Pengelola PLTU Jawa 9 &10 komitmen terhadap pemeliharaan lingkungan

8 April 2021 21:16 WIB
Pengelola PLTU Jawa 9 &10 komitmen terhadap pemeliharaan lingkungan
PLTU USC yang sedang dibangun di Indonesia meliputi PLTU Jawa 9 & 10, yang seluruhnya berstandar negara-negara maju. (ANTARA/Istimewa)

Kami satu-satunya di Indonesia yang pakai teknologi paling lengkap, termasuk Selective Catalytic Reduction (SCR). Jerih payah komitmen kami itu bisa diakui paling tidak oleh pemerintah

PT Indo Raya Tenaga (IRT) sebagai pengelola PLTU Jawa 9&10 akan terus berkomitmen terhadap pemeliharaan alam dengan memanfaatkan teknologi ramah lingkungan dalam operasional pembangkit.

"Kami satu-satunya di Indonesia yang pakai teknologi paling lengkap, termasuk Selective Catalytic Reduction (SCR). Jerih payah komitmen kami itu bisa diakui paling tidak oleh pemerintah," kata Presiden Direktur Indo Raya Tenaga Peter Widjaya dalam pernyataan di Jakarta, Kamis.

Peter mengungkapkan hal tersebut usai manajemen IRT memperoleh penghargaan Indonesia Green Award (IGA) 2021 sebagai pengelola PLTU berteknologi maju ramah lingkungan yang merupakan wujud gambaran komitmen pemeliharaan lingkungan dan prinsip dasar berbisnis.

"Selain itu ada juga sense of achievement secara pribadi, boleh dibilang orang menggadang-gadangkan green, we are try to make it as green as possible untuk base load yang reliable," katanya.

Menurut peraturan, standar baku mutu SOx, Partikulat, dan NOx untuk PLTU dalam tahap konstruksi masing-masing adalah 550 mg/Nm3, 100 mg/Nm3, 550 mg/Nm3.

Namun, dengan teknologi di pembangkit Jawa 9&10, angka-angka tersebut dipangkas menjadi di bawah 350 mg/Nm3, 30 mg/Nm3, dan 128mg/Nm3, secara berurutan untuk SOx, Partikulat, dan NOx.

"Memang sudah cukup rendah, namun kami yakin akan bisa jauh di bawah itu apabila bahan bakar yang disuplai sesuai standar pabrikan," kata Peter yang didampingi Direksi IRT lainnya, Jinyoung Jeong dan Moch Chairul.

Ia menambahkan PLTU Jawa 9&10, yang sebanyak 51 persen kepemilikannya berada pada PLN, merupakan showcase keberhasilan pemerintah dalam menggaet pihak swasta dan bank-bank internasional untuk mendanai mega proyek tanpa jaminan pemerintah dan tidak membebani APBN.

"Proses project financing sangat melelahkan, belum ada preseden joint venture yang seperti ini, apalagi tahun lalu kami financial closing sewaktu pandemi," katanya.

Sebelumnya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menilai pembangunan PLTU Jawa 9&10 yang menggunakan teknologi Ultra Super Critical (USC) patut menjadi role model untuk pengembangan pembangkit yang ramah lingkungan.

Wakil Menteri KLHK Alue Dohong mengatakan keberadaan perusahaan seperti IRT memunculkan kesadaran para pengusaha untuk menjaga kelestarian lingkungan dan mencegah kerusakan alam akibat emisi atau gas buang.

Untuk itu, Alue mendorong para pengusaha yang masih abai untuk berani mengeluarkan terobosan baru dan mencegah kerusakan lingkungan seperti pengelola PLTU Jawa 9&10.

"Itu bisa membuat branding usaha-nya lebih bagus. Sebab, tidak hanya mengejar keuntungan saja. Tapi juga memperhatikan sosial juga," katanya.

Ia mengkhawatirkan terjadinya perubahan iklim secara drastis seperti banjir, kekeringan maupun peningkatan air laut apabila tidak ada bisnis yang lebih memperhatikan lingkungan.

Dalam acara yang berlangsung Rabu malam (7/4), penyelenggara IGA memberikan penghargaan kepada IRT dengan kategori perusahaan yang memelopori PLTU Nan Ramah Lingkungan dengan Teknologi Maju karena telah mampu menekan emisi udara berupa SOx, partikulat, dan NOx.

Baca juga: Pembangunan PLTU Jawa 9 dan 10 dinilai bakal atasi pengangguran

Baca juga: PLTU Jawa 7 gunakan "ultra super critical", efisiensi naik 15 persen

 

Pewarta: Satyagraha
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2021