• Beranda
  • Berita
  • Pengungsi Beoga minta dievakuasi, persediaan makanan mulai menipis

Pengungsi Beoga minta dievakuasi, persediaan makanan mulai menipis

11 April 2021 16:45 WIB
Pengungsi Beoga minta dievakuasi, persediaan makanan mulai menipis
Jenazah guru sekolah dasar Oktovianus Rayo yang meninggal akibat ditembak oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) tiba di kamar jenazah RSUD Mimika, Papua, Sabtu (10/4/2021). Oktovianus Rayo dan guru SMP Yonathan Randen meninggal akibat penyerangan oleh KKB di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak dan selanjutnya jenazah diserahkan kepada keluarga di Timika. ANTARA FOTO / Sevianto Pakiding/aww.
Para pengungsi di Beoga, Kabupaten Puncak, Papua kini mulai kesulitan bahan makanan akibat tidak lagi bisa berbelanja setelah insiden penembakan kelompok kriminal bersenjata (KKB) yang menewaskan dua guru.
 
Selain itu mereka juga berharap dievakuasi dan keluar dan bila keamanan sudah kondusif akan kembali berdinas di Beoga.
 
Memang benar, kami mulai mengalami kesulitan karena kios atau warung tutup sejak terjadinya penembakan, Kamis (8/4), kata Maria nama samaran yang bertugas di Puskesmas Beoga, Kabupaten Puncak kepada Antara, Ahad.
 
Sejak kasus penembakan, dirinya beserta rekan-rekannya mengungsi ke rumah warga yang berdekatan dengan Koramil dan berharap dapat segera dievakuasi keluar dari Beoga.

Baca juga: Kepsek SMP: Rumah korban penembakan di Beoga sempat dikepung KKB

Baca juga: Cerita Kepala SMPN Beoga Puncak selamat dari serangan KKB
 
"Kami tidak mungkin bertugas dalam kondisi seperti ini karena diliputi ketakutan," kata tenaga medis yang mengaku masih honorer di Puskesmas Beoga dan kini bersama lima rekannya beserta dua anak balita mengungsi.
 
Maria yang dihubungi melalui telepon dari Jayapura itu menuturkan ketakutan yang dialaminya beserta rekannya walaupun sebetulnya dirinya sudah membaur dengan warga karena saat ini hampir tiga tahun di Beoga.
 
KKB, Kamis (8/4) menembak Oktovianus Rayo dan Yonatan Renden pada Jumat (9/4). Keduanya guru di Distrik Beoga.*

Pewarta: Evarukdijati
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021