Selain itu mereka juga berharap dievakuasi dan keluar dan bila keamanan sudah kondusif akan kembali berdinas di Beoga.
Memang benar, kami mulai mengalami kesulitan karena kios atau warung tutup sejak terjadinya penembakan, Kamis (8/4), kata Maria nama samaran yang bertugas di Puskesmas Beoga, Kabupaten Puncak kepada Antara, Ahad.
Sejak kasus penembakan, dirinya beserta rekan-rekannya mengungsi ke rumah warga yang berdekatan dengan Koramil dan berharap dapat segera dievakuasi keluar dari Beoga.
Baca juga: Kepsek SMP: Rumah korban penembakan di Beoga sempat dikepung KKB
Baca juga: Cerita Kepala SMPN Beoga Puncak selamat dari serangan KKB
Baca juga: Kepsek SMP: Rumah korban penembakan di Beoga sempat dikepung KKB
Baca juga: Cerita Kepala SMPN Beoga Puncak selamat dari serangan KKB
"Kami tidak mungkin bertugas dalam kondisi seperti ini karena diliputi ketakutan," kata tenaga medis yang mengaku masih honorer di Puskesmas Beoga dan kini bersama lima rekannya beserta dua anak balita mengungsi.
Maria yang dihubungi melalui telepon dari Jayapura itu menuturkan ketakutan yang dialaminya beserta rekannya walaupun sebetulnya dirinya sudah membaur dengan warga karena saat ini hampir tiga tahun di Beoga.
KKB, Kamis (8/4) menembak Oktovianus Rayo dan Yonatan Renden pada Jumat (9/4). Keduanya guru di Distrik Beoga.*
Baca juga: Disdik Papua harap tenaga pendidik di Beoga dapat segera dievakuasi
Baca juga: Pemprov Papua-TNI/Polri berkoordinasi terkait keamanan guru di Beoga
Pewarta: Evarukdijati
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021