"Sampah anorganik dan plastik yang terkumpul akan kami bawa ke bank sampah induk di Menteng Atas," kata Ketua RW 07 Hasan Basri di Jakarta Selatan, Senin.
Menurut dia, selain mengurangi pencemaran lingkungan karena sampah plastik, warga juga akan mendapatkan rupiah dari sampah yang sebelumnya dianggap tak bernilai itu.
Dia menjelaskan, warga setempat dan tidak menutup dari luar RW 07 dapat menyetorkan sampah plastik/anorganik yang sudah dipilah setiap hari Minggu.
Bank sampah ini terletak di Taman Bedeng, Jalan Foba, Kelurahan Karet, Setiabudi, Jakarta Selatan. Adapun sampah organik diterima dengan harga mulai Rp800 hingga Rp1.800 per kilogram (kg).
Kemudian, sampah berbahan plastik dengan harga bervariasi mulai Rp550 hingga paling tinggi Rp7.000 per kilogram.
Sampah tutup botol air mineral, misalnya, dihargai Rp4.000 per kilogram. Kemudian sampah berupa gelas plastik yang sudah dibersihkan harga paling tinggi mencapai Rp7.000 per kilogram.
Selain itu, bank sampah ini juga menerima sampah dari besi, kaleng dengan harga masing-masing Rp2.500 dan Rp1.200 per kilogram serta sampah dari beling Rp200 per kilogram.
Baca juga: DKI Jakarta buat kesepakatan kerja sama kembangkan Bank Sampah Induk
Baca juga: Bank DKI gandeng GP Ansor dan Mountrash atasi persoalan sampah Jakarta
Lurah Karet Kiki M Akbar mengapresiasi upaya warga RW 07 untuk mengubah sampah plastik menjadi nilai ekonomi sehingga tidak dibuang dan mencemari lingkungan.
Upaya itu juga sekaligus mengedukasi warga terutama dalam pemilahan sampah organik dan nonorganik termasuk plastik.
"Ini untuk mengurangi volume sampah di sumber salah satu caranya pengelolaan bank sampah," ujarnya.
Bank sampah di RW 07 sebelumnya sudah dibentuk beberapa tahun lalu namun vakum karena pengelolaannya waktu itu kurang optimal karena dilakukan warga lanjut usia.
Selain di RW 07, bank sampah serupa juga ada di RW02 dengan nama Bank Sampah Padi.
Saat ini, bank sampah di RW 07 baru mulai mengumpulkan nasabah atau pemasok dari warga, sedangkan di RW02 sudah memiliki sekitar 40 nasabah.
"Saya berharap tiap RW ada bank sampah tapi karena situasi dan kondisi misalnya lahan terbatas, nanti itu bisa diintegrasikan ke RW yang sudah ada bank sampahnya," katanya.
Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2021