Masyarakat Desa Tunbaun, Kecamatan Amarasi Barat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur dikejutkan munculnya sumber air di lokasi 13 rumah warga yang tertimbun longsoran dalam bencana alam dampak badai Siklon Tropis Seroja pada Minggu (4/4).Apalagi tanah di lokasi longsoran ini terus bergerak sehingga sangat membahayakan keselamatan warga
"Setelah terjadi longsoran muncul sumber air yang cukup besar dari dalam tanah. Kejadian itu setelah longsor menimbun belasan rumah warga," kata Desminiel Tasoin, warga Desa Tunbaun ketika ditemui ANTARA di Tunbaun, Kabupaten Kupang, Senin.
Dia mengatakan sumber air muncul di tengah-tengah lokasi longsoran, sekitar 50 meter dari kawasan pemukiman warga.
"Memang sebelumnya ada sumber air tetapi lokasinya jauh namun sumber air yang baru muncul itu berada tepat di tengah lokasi longsoran sehingga sangat mengkhawatirkan warga akan terjadinya bencana alam susulan," kata dia.
Baca juga: 40 rumah di Kecamatan Ile Boleng tertimbun longsor
Bencana alam dampak badai Siklon Tropis Seroja yang melanda daerah itu mengakibatkan belasan rumah warga Desa Tunbaun, sekitar 30 kilometer selatan Kota Kupang, tertimbun tanah longsor pada Minggu (4/4), pukul 21.00 Wita.
Camat Amarasi Barat Kornelis Nenoharan mengatakan munculnya sumber air di lokasi longsoran tersebut diketahui warga pada Selasa (6/4), setelah badai mereda.
"Ketika warga mendatangi lokasi longsoran untuk melihat harta benda mereka yang masih bisa diselamatkan melihat ada muncul air yang cukup besar dari lokasi longsoran," kata dia.
Ia mengatakan Pemerintah Desa Tunbaun telah mengingatkan warga setempat untuk tidak mendekati lokasi longsoran guna mengantisipasi bencana susulan.
"Apalagi tanah di lokasi longsoran ini terus bergerak sehingga sangat membahayakan keselamatan warga," kata Nenoharan.
Baca juga: Dua pipa saluran utama air Bendungan Tilong terputus akibat longsor
Baca juga: Gubernur NTT sebut status bencana nasional tidak diperlukan
Baca juga: Satgas diberi waktu 3 hari mendata korban bencana alam NTT
Pewarta: Benediktus Sridin Sulu Jahang
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021